'Lana', Visualisasi Persoalan Pribadi Lewat Media Tali Agel

user
Endang Saputra 15 Januari 2019, 10:47 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - ‘Lana’, sebuah pameran karya proses oleh Audya Amalia. Ia mengajak 45 orang, untuk memvisualisasikan persoalan pribadi. Para peserta ‘Lana’ diajak untuk mencurahkan isi hatinya lewat media tali agel. Hasil karyanya beragam. Semuanya dipamerkan pada ruang pamer Bandung Creative Hub.

Pameran yang diselenggarakan selama dua hari sejak Senin (14/1) ini merupakan ide yang hadir dari Audya. Secara terbuka, Audya membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengikuti kegiatan workshop merajut gunakan tali agel. Ada 67 orang yang mendaftar, namun hanya 45 orang yang akhirnya ikut terlibat dalam pameran ini.

"Pameran ‘Lana’ ini merupakan usia transisi dari remaja ke dewasa. Dimana pada fase itu ada banyak hal yang dirasakan namun sulit untuk diungkapkan secara lisan. Makanya saya mengajak untuk memvisualisasikan persoalan pribadi lewat media tali agel," ujar Audya kepada Merdeka Bandung, Senin (14/1).

Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam workshop. Audya mengajak para peserta untuk mencurahkan keresahan hatinya pada selembar kertas. Lewat cerita panjang itu, peserta lalu diajak membuat sketsa. Setelahnya adalah tahap merajut menggunakan tali agel.

"Awalnya mulai cerita persoalan yang dihadapi sampai semua orang cerita masalah apa yang dihadapi sekarang. Aku melihat teman-teman untuk tidak melakukan semuanya dengan instan. Lewat kegiatan ini, temponya kurangi dulu. Soalnya dengan merajut ada prosesnya. Kepusingan ini harus diurutkan dengan sabar," jelas dia.

Sementara itu, kurator ‘Lana’, Akmalia Rizqita mengatakan, proyek seni ‘Lana’ merupakan upaya untuk menarik ke permukaan terhadap permasalahan-permasalahan personal yang dihadapi oleh para individu usia dewasa muda yang tinggal di Kota Bandung.

‘Lana’ dalam bahasa Sunda berarti abadi atau kekal, merujuk pada teknik rajut yang merupakan proses repetitif dan seakan tidak berujung. Sejumlah 45 orang dipertemukan dalam beberapa ruang dialog bersifat support group.

"Para partisipan dapat berbagi cerita akan persoalan hidup yang tengah mereka hadapi, serta mendengar persoalan yang dihadapi oleh partisipan lain. Proses berbagi cerita itu diirigi dengan kegiatan merajut sebagai media kontemplasi untuk keluar dari riuhnya aktivitas di lingkungan perkotaan dan juga sebagai alternatif pengisi waktu luang para partisipan di tengah rutinitas yang padat," kata Akmalia.

Konsep dan visualisasi karya rajut sepenuhnya dirancang oleh partisipan, disesuaikan dengan cerita yang mereka tuturkan. Pemasangan hasil karya akhirnya dilakukan bersama-sama partisipan. Pelibatan ini ditujukan untuk menjelajahi berbagai kemungkinan dalam metode penciptaa. karya yang menitikberatkan pada hubungan relasi bersama individu-individu lain.

Kredit

Bagikan