Mahasiswa ITB ciptakan plafon rumah berbahan pelepah pisang
Bandung.merdeka.com - Plafon atau langit-langit rumah pada umumnya berbahan dasar gipsum, serat fibersemen ataupun triplek. Namun sekumpulan mahasiswa ITB berhasil membuat plafon dengan bahan dasar unik yakni dari pelepah pisang.
Hasil inovasi tersebut diciptakan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam tim Ba-Ternit Ecofy. Produk tersebut mereka namai Ba-Ternit Ecofy (Banana Eternit Eco Friendly).
Agung Pratama, salah seorang anggota tim, menuturkan bahwa pembuatan plafon dari pelepah pisang ini dimaksudkan untuk memaksimalkan pemakaian limbah pelepah pisang dan sampah plastik, sebagai salah satu solusi material yang kuat dan anti bocor. Khususnya kata dia diperuntukkan bagi rumah yang berada di daerah bercurah hujan tinggi.
âIde awalnya karena kami pernah tinggal di asrama waktu itu dan eternit kamar kami bocor. Saat itu kami ingin mencari solusi dan bagaimana caranya agar solusi ini lebih memanfaatkan limbah atau sampah di sekitar kami. Kebetulan di belakang asrama itu banyak pohon pisang dan pelepah pisangnya pun tidak dipakai,â ujar Agung seperti dikutip laman ITB.
Adapun untuk proses pembuatanya, Agung dan timnya memakai bahan utama pelepah pisang yang kering, untuk kemudian dijadikan serbuk dan dicampur dengan lem PVaC hingga merata. Kemudian dipress dengan mesin khusus.
Pembuatan plafon ini sebenarnya terbilang mudah. Namun bagian tersulitnya, lanjut Agung, adalah saat mengubah pelepah pisang menjadi serbuk. Serat pelepah pisang yang begitu kuat menjadikannya harus diblender berulang kali agar serbuk yang dihasilkan cukup halus. Selain itu, salah satu kendala yang cukup menyita waktu adalah pada proses pengeringan pelepah pisang
âSaat itu kebetulan kami mendapatkan pelepah pisang yang basah semua, jadi butuh waktu yang cukup lama untuk memastikan bahwa pelepah pisang ini benar-benar kering untuk diproses ke tahap selanjutnya,â katanya.
Untuk membuktikan bahwa eternit berbahan utama pelepah pisang ini lebih kuat dari triplek atau gypsum, maka timnya melakukan sejumlah pengujian. Agung menyebutkan, timnya melakukan uji coba massa jenis, ketahanan terhadap berat, kelenturan, hingga dari sisi harga jual.
Dari beberapa hasil pengujian ketat tersebut, maka didapatkan hasil bahwa Ba-Ternit Ecofy ini memiliki massa jenis yang lebih ringan jika dibandingkan dengan gypsum atau triplek. Hal ini tentu memudahkannya untuk diinstalasi saat dipasang di atap rumah. Selain itu, dari sisi ketahanan terhadap berat dan kelenturan, sudah bisa dipastikan Ba-Ternit Ecofy ini pun jauh lebih kuat.
âIni yang membuat kami juga cukup terkejut. Saat pengujian, kami memberikan beban yang sama di masing-masing eternit. Saat diberi beban 10 kg eternit berbahan gysum patah, pada beban 19 kg eternit bahan triplek rusak, namun pada saat diberikan beban 22 kilogram Ba-Ternit buatan kami hanya bengkok dan lentur sekali,â katanya.
Tim beranggotakan Agung Pratama, Yongki Alek Sander dan Berri Dwi Putra ini pun berhasil menyabet Juara 2 dalam ajang Tanoto Student Research Award (TSRA) 2017 yang diadakan di ITB belum lama ini.