Megahnya panggung musik Eropa dalam film dokumenter Burgerkill Blasting Europe
Bandung.merdeka.com - Kemegahan panggung musik metal di Eropa menjadi sejarah bagi band asal Bandung, Burgerkill. Dalam rangkaian program bertajuk 'Bandung Blasting, Euro Tour 2015', Burgerkill tampil dalam dua festival musik ekstrem kelas dunia, yakni Wacken Festival di Jerman dan Bloodstock Festival di Inggris pada tahun 2015 lalu.
Nama Burgerkill pun sudah tidak hanya terdengar di lingkup dalam negeri. Dunia sudah menyadari bahwa ada satu monster di lndonesia yang siap menginvasi teritori industri musik ekstrem mancanegara. Bukan tanpa alasan, Wacken Festival merupakan salah satu kiblat pentas musik ekstrem dunia. Burgerkill menjadi satu-satunya band dari Indonesia bahkan Asia yang dapat tampil di ajang bergengsi tersebut.
Cerita perjalanan Burgerkill selama menjalani tur di Eropa diabadikan dalam bentuk film dokumenter bertajuk 'Burgerkill Blasting Europe'. Secara eksklusif, Burgerkill memaparkan petualangan mereka ketika melintasi benua dan tampil di dua panggung berskala besar. Film dokumenter ini kemudian dirilis dalam bentuk DVD.
Peluncuran DVD film dokumenter 'Burgerkill Blasting Europe' digelar di CGV Paskal 23â, pada Rabu (29/11) malam. Dalam acara tersebut juga berbarengan dengan pemutaran perdana film. Sambutan antusias hadir dari para begundal (sebutan fans Burgerkill) yang memenuhi venue acara. Bahkan tiket pemutaran film perdana ludes terjual.
Pemutaran perdana ini terlaksana atas kerjasama antara Burgerkill dan Djarum Coklat Dot Com (DCDC) yang sudah mendukung Burgerkill sejak perjalanan mereka di tahun 2015 lalu
Ebenz, guitaris Burgerkill mengungkapkan cerita awal pembuatan film dokumenter Bandung Blasting Europe ini. Menurutnya ide awalnya hanya ingin mendokumentasikan perjalanan Burgerkill selama menjalani tur di Eropa. "Idenya sederhananya itu ingin meng-capture apa yang dilakukan temen-temen. Kita punya kesempatan tur Eropa jauh-jauh hari nyiapin tim, nyiapin konsepnya," ujar Ebenz kepada awak media.
Ebenz mengatakan banyak hal yang disuguhkan dalam film dokumenter ini. Mulai dari aktivitas para personel selama berada di Eropa hingga acara live konser.
"Kami enggak terpikirkan untuk menghadirkan live konsernya, karena waktu itu harganya lumayan mahal untuk gambar dan audionya dari pihak Wacken. Kami enggak punya uang untuk beli itu. Mungkin secara perform tidak mengecewakan mereka, akhirnya mereka kasih buat kami. Karena respon setelah kami manggung dari technical crew, stage crew mereka nyamperin ke Burgerkill ngasih selamat, itu jam 3 pagi. Jadi sebegitu antusiasnya dengan Burgerkill, banyak keajaiban di sini," katanya.
Ebenz pun berharap melalui film dokumenter ini dapat menjadi inspirasi band-band lain di Indonesia. Menurutnya Indonesia salah satu negara sudah diakui kehebatannya di global metal dunia. "Karena yang kami cita-citakan apa yang dilakukan Burgerkill bisa jadi inspirasi dan triger oleh temen-temen yang lain. Kami mau share ke temen-temen kalau keren itu enggak harus kayak mereka band di industri besar, band metal juga bisa keren," katanya.
Di tempat sama, Sejarahwan musik underground Kimung mengatakan, bahwa apa yang dilakukan Burgerkill menjadi bukti bahwa band asal Indonesia mampu menembus pentas dunia. Hal ini menjadi sejarah bagi perkembangan musik metal di tanah air.
Burgerkill yang telah berusia lebih dari 20 tahun memang sudah seharusnya membuka diri agar masyarakat mengetahui apa yang sudah dilakukan selama ini.
"Burgerkill sebagai band yang sudah bermusik lebih dari 20 tahun sudah layak mempublikasikan apa yang sudah dilakukan. Mereka harus membuka agar masyarakat mudah mengakses apa yang sudah dilakukan. Saya harapkan ini juga bisa mendorong band-band lain belajar dari BK, terutama kepada band baru," katanya.
Sementara itu Perwakilan DCDC, Gio ATAP, menambahkan bahwa pihaknya terus mendukung pergerakan musik bawah tanah. Menurutnya memang sudah saatnya band-band underground memperluas jangkauannya tak hanya di dalam negeri. "Di kami itu ada DCDC dream world. Ini bisa jadi harapan bagi band-band yang mendapat undangan main di luar. Ini kita lakukan untuk mendukung pergerakan musik bawah tanah di Indonesia," katanya.
Film ini disutradarai langsung oleh True Megabenz, dan didokumentasikan oleh Refan Ramadhan, Bow Medialab, dan Wacken Open Air Team. Selama durasi 1 jam lebih, penonton seolah dibawa untuk mengikuti tur yang dijalani oleh Burgerkill. Mulai dari beragam aktivitas yang dilakukan para personel selama berada di Eropa, hingga saat acara konser berlangsung. Semuanya dikemas dengan sangat apik.