Survei LSI: Ridwan Kamil unggul tapi belum perkasa

Oleh Mohammad Taufik pada 08 Oktober 2017, 09:47 WIB

Bandung.merdeka.com - Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI (Lingkaran Survei Indonesia--Denny JA) Toto Izul Fatah mengatakan, Ridwan Kamil bukanlah matahari tunggal di Pilgub Jabar 2018. Meski masih unggul dibanding beberapa nama lain tapi elektabilitas dan popularitas Wali Kota Bandung tersebut belum bisa mendominasi.

LSI merilis hasil survei terbaru Pilgub Jabar 2018 di Hotel Grand Asrilia, Kota Bandung, Sabtu (7/10). Survei yang digelar pada 22 - 29 September 2017 itu dengan mengunakan metode multi stage random sampling kepada 440 orang responden yang tersebar di Jawa Barat dengan margin error sebesar 4,8 persen.

Hasil survei menunjukkan ‎elektabilitas,‎ Ridwan Kamil mencapai 40 persen. Emil sapaan Ridwan Kamil unggul dari tiga tokoh lain yang sering disebut-sebut bakal maju di Pilkada Jawa Barat 2018 seperti Deddy Mizwar, Dede Yusuf dan Dedi Mulyadi.

"‎Merujuk data kita, Ridwan Kamil memang masih konsisten dengan keunggulannya. Tapi itu bukan berarti Ridwan Kamil merupakan matahari tunggal. Dia ‎unggul tapi belum perkasa," katanya. Disebut belum perkasa karena Emil sendiri belum menguasai hampir seluruh suara di Jawa Barat.

LSI sendiri merilis 21 nama bakal calon Gubernur Jabar potensial 2018. Dari berbagai kategori penilaian Ridwan Kamil selalu berada di posisi atas. Untuk simulasi terhadap empat nama Emil memperoleh 34,2 persen, Dede Yusuf 28,3 persen, Deddy Mizwar 21,6 persen dan Dedi Mulyadi di posisi buncit dengan perolehan 13,7 persen.

"Tapi jika melihat hasil survei ini, bisa saja disalip sama tiga kandidat lain," ujarnya.

Dia menyerahkan, pada Emil untuk bisa merebut suara masyarakat yang masih abu-abu atau belum menentukan ‎pilihan jika ingin mudah melenggang duduk di kursi Gubernur Jawa Barat. "Suara yang belum memutuskan dan ragu-ragu masih tinggi yaitu sebesar 52,4 persen. Ini lahan tak bertuan masih bisa direbutkan siapa saja," katanya.

Ridwan Kamil, sambung Toto, harus memiliki elektabilitas di atas 50 persen untuk menyingkirkan pesaing lainnya dari awal. ‎ "Emil harus punya strong voters 25 sampai 30 persen atau elektabilitasnya 50 persen ke atas," ujarnya.

Dia mengatakan, Indikator Iain yang biasa kita lihat untuk melihat seberapa potensial seorang calon untuk menang dalam Pilkada adalah pada tingginya strong supporter (pemilih militan).

"Yang terjadi dalam survei Pilkada Jabar hingga saat ini, pemilih militan seluruh calon masih berada di bawah 20 persen," katanya menandaskan.

Tiga nama bacawagub potensial

Selain itu, LSI juga merilis nama-nama bakal calon wakil Gubernur Jabar potensial. Tiga nama itu yakni Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym, Desy Ratnasari dan Uu Ruzhanul Ulum yang merupakan Bupati Tasikmalaya.

"LSI memotret para calon wakil gubernur. Ada tiga figur potensial bisa mendongkrak elektabilitas calon gubernur ‎yakni Aa Gym, Dessy Ratnasari dan Uu Ruzhanul Ulum," katanya.
‎
Dari 19 yang disimulasikan Aa Gym mendapatkan elektabilitas sebesar 14,9 persen, Dessy Ratnasari 12 persen, Uu Ruzhanul Ulum 10,1 persen, Rieke Dyah Pitaloka 9,8 persen, Puti Guntur Soekarnoputri 5,5 persen, Bima Arya 3,9 persen, Taufik Hidayat 3,6 persen, Aceng Fikri 3 persen sementara sisanya hanya berada di kisaran satu persen.

Dia menambahkan, merujuk data tersebut Aa Gym juga akan mendongkrak nama cagub potensial baik Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, Dede Yusuf atau Dedi Mulyadi. "Masalahnya mau apa enggak, kalau enggak bersedia yang kedua Dessy Ratnasari punya potensi jadi wakil," ujarnya.

Namun demikian, serupa dengan Aa Gym, Dessy Ratnasari masih belum memiliki kejelasan maju atau tidak di Pilkada Jawa Barat 2018. Sebab posisi Partai Amanat Nasional (PAN) ‎yang hanya memiliki 4 kursi di DPRD Jawa Barat sangat sulit untuk mengajukan bakal calon wakil gubernur pada koalisi manapun.

Nama Uu Ruzhanul Ulum pun disebut paling potensial di tengah ketidakjelasan nasib Aa Gym dan ‎Dessy Ratnasari. Uu hingga saat ini paling konsisten bergerilya mengumpulkan simpul-simpul dukungan di seluruh penjuru Jawa Barat.

"‎Kalau Dessy Ratnasari dengan beberapa pertimbangan tidak mau juga atau tidak ada yang mengusung pak UU yang punya potensi," katanya.

Survei yang digelar pada 22 - 29 September 2017 diambil dengan menggunakan metode multi stage random sampling kepada 440 orang responden yang tersebar di Jawa Barat dengan margin error sebesar 4,8 persen.

Tag Terkait