Indonesia masih miskin insinyur, kalah dari Malaysia dan Thailand

Oleh Mohammad Taufik pada 16 Desember 2016, 14:11 WIB

Bandung.merdeka.com - Dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, Indonesia masih miskin profesi insinyur. Tercatat perbandingannya dari satu juta penduduk Indonesia hanya ada 2.671 profesi yang mengandalkan teknik tersebut.

Adapun Malaysia dan Thailand yang notabene jumlah penduduknya lebih sedikit tercatat lebih banyak di mana dari satu juta penduduk ada 3.333, Thailand 4.121 dan Vietnam 9.037 insinyur.

Menurut Rektor ITB Prof Kadarsah, kebutuhan insinyur di Indonesia diperkirakan mencapai 50 ribu per tahunnya. Keberadaan insinyur menjadi penting untuk menopang pembangunan infrastruktur dan industri.

"Apalagi pada 2020 kompetisi global dalam pekerjaan keinsinyuran semakin ketat karena tuntutan produk dan jasa yang semakin kompleks," kata Kadarsah dalam jumpa persnya di Gedung Rektorat ITB Kota Bandung, Jumat (16/12). Sehingga tantantang ini membutuhkan akselerasi pengembangan program profesi insinyur Indonesia.

Dia menambahkan, perguruan tinggi secara hukum memiliki kewenangan menyelenggarakan program profesi insinyur. Hal itu merujuk diterbitkannya Permen Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 35 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Profesi Insinyur.

Sebagai kampus teknik tertua di Indonesia, ITB saat ini menggenjot keberadaan insinyur anyar dengan program studi (prodi) Program Profesi Insinyur yang terdiri dari program pendidikan regular. Program ini akan dibuka paling cepat semester I 2017/2018 dan program rekognisi pengalaman lampau (RPL) mulai semester II 2016/2017.

"Pada kesempatan ini ITB ingin menginformasikan kepada publik bahwa saat ini ada program studi baru yakni program studi program profesi insinyur di ITB yang sudah ditunggu-tunggu oleh bangsa," ujarnya.

Menurut dia, pemerintah melalui Dirjen Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti melalui surat Nomor 674/C.C/KL/2016 tanggal 11 April 2016 memberikan tugas kepada ITB untuk menyelenggarakan Program Studi Program Profesi Insinyur.

Ada sejumlah persyaratan yang harus ditempuh untuk mengikuti prodi Program Profesi Insinyur di ITB, diantaranya berlatar belakang S1 dari prodi teknik yang didapatkan dari perguruan tinggi terakreditasi A dan prodi terakreditasi minimal B pada saat mendaftar program profesi insinyur.

"Lalu pengalaman kerja di bidang keinsinyuran lebih dari dua tahun, pengalaman kerja di bidang keinsinyuran minimal empat proyek dan mengisi hidup singkat secara on line," terangnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswa ITB Prof Bermawi menambahkan untuk sementara kuota untuk program Rekognisi Pengalaman Lampau (RPL) dari prodi Program Profesi Insinyur ini adalah 370 orang.

"Untuk sementara slotnya baru 370 peserta (untuk program RPL). Biaya kuliahnya per semester sekitar 10 juta dan lama pendidikannya sekitar empat bulan. Adapun tenaga pengajarnya dari ITB dan dari PII," ujarnya.

Ada tujuh fakultas yang nantinya akan melaksanakan program studi Program Profesi Insinyur di ITB, diantaranya Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FFTM), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD).

Tag Terkait