Gerakan 78 program pendataan musik populer era 1950 hingga 1980
Bandung.merdeka.com - Kekayaan Indonesia tak hanya bisa dinikmati dari keindahan alamnya saja. Namun musik juga bisa mencerminkan bagaimana kekayaan Tanah Air yang begitu mengagumkan. Upaya mengangkat kekayaan Indonesia lewat musik inilah yang membuat Badan Ekonomi Kreatif melakukan pendataan musik populer Indonesia dari tahun 1910 hingga 1950 karena pada era itu musik berkembang pesat.
Menurut Direktur Riset dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Dr. Wawan Rusiawan, program kerja sama pendataan musik populer Indonesia ini adalah ungkapan kekayaan Indonesia dalam bentuk lain. Karena selama ini bila menyinggung kekayaan Indonesia kerap identik dengan alam dan budaya saja. "Tentu saja tidak hanya dapat dilakukan dengan menunjukkan potret alam dan budaya saja, tapi juga melalui medium musik. Untuk itu kami bersama-sama mengajak melakukan pendataan musik pada era 90an untuk melengkapi arsip musik," ujar Wawan kepada Merdeka Bandung, Rabu (9/11).
Wawan menjabarkan, musik Indonesia dapat memperdengarkan kekayaan Indonesia dengan jangkauan yang lebih luas dan sangat ragam warna musiknya."Ranah musik Indonesia dapat dibilang memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan negara-negara
lain. Hal ini karena keragaman budaya dan perjalanan sejarah yang memengaruhi penciptaan karya musik populer Indonesia," ujarnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, musik populer Indonesia dari masa lalu mulai terpendam sebagai kenangan dan menjadi semakin sulit ditemukan bentuk fisiknya. Padahal musik dan karya seninya seringkali lahir dari peristiwa sosial, ekonomi, politik, serta budaya yang terjadi di zamannya. Musik dapat hadir untuk mewakili suatu generasi dan suatu rentang masa dalam sejarah Indonesia.
Hal inilah yang mendorong terbentuknya "Gerakan 78". Gerakan ini diharapkan bisa mengumpulkan arsip musik berupa kaset dan piringan hitam sebanyak 1500 buah dari tahun 1950 hingga 1980.
Untuk mensukseskan program ini Bekraf bekerja sama dengan Yayasan Irama Nusantara melakukan pendataan dan pengarsipan musik populer Indonesia. salah satunya ialah mengambil sumber data dari koleksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) di seluruh Indonesia. Nantinya arsip-arsip ini dapat dinikmati oleh publik dengan membuka situs iramanusantara.org. Situs ini menawarkan arsip musik populer dalam format audio dan visual.
Perwakilan dari Irama Nusantara, David Tarigan menjelaskan, kerja sama ini tentu harus dimanfaatkan dengan baik guna mengumpulkan kembali secara bersama-sama release album musik yang sulit di dapat. "Kami melihat bahwa bentuk fisik musik tahun 1950an sudah sulit ditemukan dalam kondisi baik," ujar David.
Banyaknya fisik album musik yang rusak antara lain karena metode penyimpanan sederhana dan keadaan cuaca Indonesia yang cukup lembab. Situasi inilah yang mengakibatkan piringan hitam tidak berumur panjang
"Hingga saat ini bisa menemukan piringan hitam dalam kondisi baik adalah sebuah keberuntungan karena proses alih format menjadi lebih mudah dan murah. Oleh karena itu, upaya pendataan musik era 1950-an menjadi prioritas dan mendesak untuk dilakukan dibandingkan dengan upaya arsiparis musik era selanjutnya," kata David.