Polisi sebut bom malam Tahun Baru di Bandung rakitan dan low eksplosif
Bandung.merdeka.com - Polisi memastikan bom yang meledak pada malam tahun baru adalah jenis bom rakitan dengan daya ledak rendah (low eksplosif). Kepastian ini didapat setelah material bom diperiksa di Puslabfor Mabes Polri.
"Itu black powder. Low eksplosif," kata Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Sulistiyo Pudjo, di Mapolrestabes Bandung, Senin (4/1).
Mengenai pemicu ledakan, menurut dia berasal dari rangkaian bom yang terdiri dari batre, kabel, lampu kecil, jam dan kontainer. "Itu sebagai trigernya jaringan itu," ujarnya.
Namun, dari material tersebut kepolisian tidak bisa mengambil kesimpulan dengan membandingkan material bom yang biasa dipakai kelompok tertentu. Densus 88 Anti-Teror, kata dia, juga sudah menyebutkan banyak sekali pembanding komponen bom tersebut.
"Kita tidak mengambil kesimpulan begitu, karena banyak sekali. Tadi Densus 88 juga mengatakan banyak sekali pembandingnya. Itu nanti akan dicek lagi lebih teliti," katanya.
Motif teror sendiri sejauh ini masih gelap. Ia mengatakan masih ada ribuan dugaan yang bisa dijadikan motif. Polisi juga belum menemukan titik terang mengenai siapa pelaku teror bom.
Mengenai rekaman CCTV, menurut dia tidak bisa diandalkan mengingat CCTV yang ada di sekitar lokasi sedang tidak berfungsi karena dalam perbaikan. "CCTV di TKP kan tidak ada, sedang diperbaiki. Kita cari yang lain," tandasnya.
Pantauan Merdeka Bandung di lokasi kejadian, setidaknya terdapat dua CCTV di sekitar lokasi ledakan. Namun, masing-masing CCTV tidak mengarah ke lokasi ledakan.
CCTV pertama ada di seberang lokasi ledakan, yaitu di gerbang masuk menuju Rumah Dinas Wali Kota Bandung. Namun CCTV ini tidak mengarah ke luar, tetapi ke dalam. Itu pun saat ini tidak berfungsi karena gerbang rumah dinas sedang dalam perbaikan.
CCTV kedua ada di BRI persimpangan Jalan Dewi Sartika dan Jalan Dalem Kaum yang jaraknya terlalu jauh dengan lokasi kejadian, yakni sekitar 100 meter.
Kejadian bom malam tahun baru diakui telah merusak citra Polri, menganggu keamanan masyarakat, dan berdampak pada aspek sosial, ekonomi, politik di Bandung Jawa Barat.
Karena itu, kata Pudjo, pihaknya sudah menggelar rapat yang dihadiri berbagai unsur kekuatan mulai Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri, Reskrim, Tim penjinak bahan peledak (Jihandak), Tim Identifikasi (Inafis) di Mapolrestabes Bandung.
"Sangat serius, karena menyangkut nama baik Polri, kemaslahatan masyarakat, dan nama baik Jabar dan Republik Indonesia. Karena ini menyangkut politik, sosial, ekonomi dan sebagainya. Jadi ini tidak bisa namanya kasus teror itu cuma memberi pengaruh pada keamanan saja, tapi memberi pengaruh pada politik, ekonomi, sosial dan sebagainya," katanya.