Purjito dan kisah perjalanan 'di balik senyap'
Dalam sebuah karya seni, tidak jarang seorang seniman menanamkan identitasnya sebagai sebuah kepercayaan diri, kebanggaan, atau justru sebagai proses perenungan. Begitulah yang juga dilakukan oleh seniman asal Yogyakarta Purjito.
Dalam pameran tunggal seni patung dan lukisannya, Purjito berusaha menyampaikan proses pencarian jati dirinya. Bertajuk 'Di Balik Senyap', pameran ini dihelat sejak 14 Juli-5 Agustus 2017 di Galeri House of Sampoerna. Lebih dari 40 karya seni lukis dan patung dihadirkan.
Beberapa diantaranya merupakan koleksi pribadi yang bahkan tidak terpikir oleh Purjito untuk diekspose kehadapan publik seperti Menanti Sang Fajar (1991), Berdoa di Pinggiran Pantai (1992), Rumangsa (1993), Menanti Pacar (1994), Menanti Dewi Sri (1996).
"Pameran ini mengungkapkan bahwa 25 tahun yang lalu, ketika karya-karya ini masih dalam âkandunganâ (ruang penyimpanan), saya masih menjelajahi ruang perenungan atas hidup yang penuh perjuangan, sebagai suatu rentetan kreativitas, guna memperolah pemahaman hidup. Jawaban dari perjalanan ini saya hadirkan di pameran ini," ujar Purjito, saat pembukaan pamerannya di galeri House of Sampoerna, Surabaya, Kamis (13/7).
Purjito adalah sosok seniman yang dibesarkan dalam kehidupan dengan nilai-nilai budaya tinggi sehingga hal ini sangat mempengaruhi hasil karya seninya seperti tampak pada Sang Proklamator sebuah karya yang mengabstraksikan tokoh besar Republik Indonesia dalam bentuk wayang.
Sosok perempuan Jawa tergambar dalam karyanya yang berjudul Merenung. Sedangkan dalam karya berjudul Vitalitas tampak sosok yang berdiri sedikit condong ke belakang sebagai penggambaran tokoh Semar yang menyatukan dimensi wanita dan pria dalam satu sosok.