Pengembangan produksi pesawat N219 habiskan biaya Rp 1 triliun
Farah Fuadona
16 Agustus 2017, 18:11 WIB
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, biaya pengembangan pesawat N219 sampai resmi diuji terbangkan menghabiskan biaya investasi sebanyak Rp 827 miliar. Setelah diuji coba, serangkaian test juga harus dilakukan pesawat ini untuk bisa mendapatkan sertifikasi kelaikan udara.
Budi menyebutkan, pihaknya masih membutuhkan Rp 200 miliar lagi untuk mendapatkan sertifikasi kelaikan tersebut.
"Total sudah Rp 827 miliar, ya kalau diperkirakan bisa mencapai Rp 1 triliun karena untuk mendapatkan sertifikasi tadikan," kata Budi dalam jumpa pers ujiterbang N219 di Kantor PT DI Bandung, Rabu (16/8).
Dari Rp 827 miliar yang sudah dikeluarkan untuk operasional pesawat jenis fixed wing, LAPAN menggelontorkan sekitar Rp 500 miliar. Sedangkan sisanya dari PT DI selaku produksi.
Menurut Kepala LAPAN Thomas Djamaludin pendanaan N219 tersebut sebenarnya memang sudah lama tercetus atau sejak 2006 lalu. Namun mulai adanya percepatan untuk segera memproduksi baru tiga tahun ke belakang.
"Tahun 2011 ketika lapan membentuk pusat penerbangan mulai memikirkan pembiayaan. Barulah 2014 sampai 2017 mendapatkan anggaran. Mulai dibuatkan dn ditetapkan. 2014 -2017 itu akhirnya kita dapatkan Rp 523 miliar. ‎Ini enggak seluruhnya dari LAPAN. Ada juga dari PT DI yang investasi," jelasnya di tempat sama.
Sebelum uji terbang, Purwarupa pesawat pertama N219 sudah melakukan serangkaian pengujian dimulai dari Wing static test, landing gear drop test functional test pertama medium speed taxidan pada 9 Agustus 2017, purwarupa pesawat N219 menjalani high taxi dan hopping yaitu pengujian berialan dengan kecepatan tinggi di landasan dan mengangkat roda depan, dan kemudian mendarat lagi.
Pasca ujicoba terbang, ‎pesawat pertama N219 masih harus melalui tahap fatigue test fight test dan fight test certification yang 3000 cycle dan 300 Flight Hours untuk mendapatkan Type Certificate di tahun 2018.
Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh badan pengatur dalam hal ini yang berwenang d wilayah Indonesia adalah Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Kementerian Perhubungan.
Selanjutnya dimulailah tahapan serial production, sehingga pada tahun 2019 nanti purwarupa pesawat pertama N219 sudah siap dan laik untuk memasuki pasar, dengan prioritas memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan harga yang kompetitif.
Budi menyebutkan, pihaknya masih membutuhkan Rp 200 miliar lagi untuk mendapatkan sertifikasi kelaikan tersebut.
"Total sudah Rp 827 miliar, ya kalau diperkirakan bisa mencapai Rp 1 triliun karena untuk mendapatkan sertifikasi tadikan," kata Budi dalam jumpa pers ujiterbang N219 di Kantor PT DI Bandung, Rabu (16/8).
Dari Rp 827 miliar yang sudah dikeluarkan untuk operasional pesawat jenis fixed wing, LAPAN menggelontorkan sekitar Rp 500 miliar. Sedangkan sisanya dari PT DI selaku produksi.
Menurut Kepala LAPAN Thomas Djamaludin pendanaan N219 tersebut sebenarnya memang sudah lama tercetus atau sejak 2006 lalu. Namun mulai adanya percepatan untuk segera memproduksi baru tiga tahun ke belakang.
"Tahun 2011 ketika lapan membentuk pusat penerbangan mulai memikirkan pembiayaan. Barulah 2014 sampai 2017 mendapatkan anggaran. Mulai dibuatkan dn ditetapkan. 2014 -2017 itu akhirnya kita dapatkan Rp 523 miliar. ‎Ini enggak seluruhnya dari LAPAN. Ada juga dari PT DI yang investasi," jelasnya di tempat sama.
Sebelum uji terbang, Purwarupa pesawat pertama N219 sudah melakukan serangkaian pengujian dimulai dari Wing static test, landing gear drop test functional test pertama medium speed taxidan pada 9 Agustus 2017, purwarupa pesawat N219 menjalani high taxi dan hopping yaitu pengujian berialan dengan kecepatan tinggi di landasan dan mengangkat roda depan, dan kemudian mendarat lagi.
Pasca ujicoba terbang, ‎pesawat pertama N219 masih harus melalui tahap fatigue test fight test dan fight test certification yang 3000 cycle dan 300 Flight Hours untuk mendapatkan Type Certificate di tahun 2018.
Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh badan pengatur dalam hal ini yang berwenang d wilayah Indonesia adalah Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Kementerian Perhubungan.
Selanjutnya dimulailah tahapan serial production, sehingga pada tahun 2019 nanti purwarupa pesawat pertama N219 sudah siap dan laik untuk memasuki pasar, dengan prioritas memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan harga yang kompetitif.