Pengamat nilai debat publik Pilwalkot Bandung normatif

Oleh Endang Saputra pada 16 April 2018, 15:59 WIB

Bandung.merdeka.com - Debat publik kedua, pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung 2018 telah digelar semalam di Hotel Holiday Inn Pasteur. Mengambil tema 'Tahu Masalah Tahu Solusi', semua paslon memaparkan permasalahan di Kota Bandung beserta solusi yang ditawarkan.

Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan menilai secara umum, penampilan tiga paslon dalam debat kedua ini berlangsung datar, normatif, tidak menyentuh hal-hal konkret. Mereka belum mampu menjelaskan program yang ditawarkan secara nyata dan lebih rinci.

"Ketiga pasangan calon malah tampak memberikan konsep yang seragam. Tidak pula terlihat diferensiasi yang tegas tentang tawaran program antara paslon yang satu dengan paslon yang lain," ujar Firman kepada wartawan, Senin (16/4).

Sementara dari segi penguasaan konsep debat, Firman berpendapat ketiga pasangan tidak ada yang menonjol. Bahkan dia menilai program yang ditawarkan masih cenderung abstrak dan normatif. Sehingga tidak memunculkan program-program yang tajam sebagai solusi dari permasalahan di Kota Bandung.

‎"Apa yang menjadi akar permasalahan tidak terelaborasi secara mendalam. Demikian pula dengan alternatif solusi, semua paslon cenderung tidak memberikan penjelasan yang komprehensif tentang tawaran agenda kebijakan konret untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi," kata dia.

Menurut Firman, hingga debat kedua ini seluruh pasangan calon masih belum tegas menyatakan posisinya, apakah sebagai suksesor dari wali kota sebelumnya atau justru menjadi sosok pembaharu di periode kepemimpinan 2018-2023.

Namun, dia berpendapat secara performa, dalam aspek komunikasi dan manajemen waktu, paslon Nurul-Ruli dinilai lebih unggul dibandingkan kedua paslon lain. Salah satu indikatornya, yakni mampu memanfaatkan waktu secara maksimal dengan konten penyampaian yang efektif.