Jatuh bangun Jaenal bisnis hewan kurban, pernah ditipu ratusan juta
Bandung.merdeka.com - Sudah 20 tahun Jaenal Abidin (40) menekuni bisnis penjualan hewan kurban, kambing dan kerbau. Bisnis dijalankan berdasarkan kepercayaan. Pernah tertipu sampai ratusan juta, namun ia bangkit lagi.
Dari hasil jualan hewan ternak, ia bisa menyekolahkan mempat anaknya, dua di antaranya kuliah di perguruan tinggi. “Yang satu kebidanan, satu lagi mengambil perbankan di kampus Bandung,” kata Jaenal Abidin, saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Minggu (11/9).
Selain bisa menyekolahkan anak, ia juga punya rumah dan kebun di Garut, kampung halamannya. Selain dari ternak dan bisnis kambing, ia punya penghasilan dari bertani sayuran seperti tomat, kol, cabai dan lain-lain.
Bisnis kambingnya ramai terutama menjelang musim kurban. Ia membawa ratusan kambingnya ke Bandung dua pekan menjelang Idul Adha. Tahun ini ia membawa 240 kambing atau domba garut, baru laku setengahnya.
Sehari-hari ia membuka toko kambing di Pasar Andir, Bayongbong, Garut. Pasar tersebut merupakan pusat penjualan kambing atau domba terbesar di Garut. Sekali buka, Pasar Andir menjual lebih dari 2.000 kambing.
Jika sedang musim kurban, penjualan Jaenal di Pasar Andir dalam sehari mencapai 80 sampai 150 kambing. Sedangkan di hari-hari biasa, ia bisa menjual 10 -15 ekor untuk keperluan daging.
“Garut mah gudangnya kambing,” katanya. Ia membeberkan peta pasar kambing di Garut, yakni pasar khusus jualan kambing Cibodas tiap Rabu dan Minggu, Pasar Wanaraja tiap Sabtu, Minggu dan Rabu, Pasar Bungbulang tiap Rabu dan Minggu, Pasar Banjarwangi tiap Rabu dan Minggu, dan Pasar Singaparna tiap Selasa dan Sabtu.
Pasar Andir, Bayongbong, menjadi pasar kambing terbesar yang menerima pasokan dari pasar-pasar kambing yang ada di Garut. Pasar Andir buka tiap Senin, Rabudan Kamis.
Pasar-pasar tersebut memasok kebutuhan kambing di Jawa Barat dan sekitarnya. Jaenal sendiri biasa memasok ke Bandung, Cianjur, Bogor, Cirebon, Tangerang, Banten. “Di Pasar Rawu, Banten, saya mah sudah terkenal,” ujarnya, tanpa bermaksud membanggakan diri.
Harga kambing yang ditawarkan tergantung berat atau ukuran, antara Rp 2 juta sampai Rp 5 juta. Harga ini ditaksir berdasarkan satu kilogram daging kambing Rp 70 ribu. Jika berat kambing hidup 30 kilogram, maka harganya Rp 2,1 juta.
Jaenal menjalani bisnis kambing secara turun-temurun, dari kakek turun ke ayah, dari ayah turun ke anak. Ia anak kelima dari sembilan bersaudara. Dari sembilan bersaudara itu, tujuh di antaranya laki-laki berbisnis kambing.
“Dari leluhur saya sudah jualan kambing,” katanya.
Ia mendatangkan kambing lewat sistem jual beli dan ternak. Untuk pengadaan sehari-hari, ia membeli kambing di pasar kambing kemudian dijual kembali. Kambing di pasar bersumber dari para peternak.
Sedangkan pengadaan kambing untuk hari raya ia mengandalkan dari hasil ternaknya sendiri. Pola ini dijalankan seluruh pemain bisnis kambing di Garut. Namun sayang, kata Jaenal, yang namanya bisnis tidak selalu untung. Beberapa kali ia kena tipu saat memasok kambing ke luar Garut.
Tahun lalu ia rugi sampai Rp 173 juta karena memasok kambing dan kerbau ke suatu daerah, namun yang dipasok hanya membayar uang mukanya saja, tanpa mau melunasinya. “Sering kejadian bayar uang muka, sisanya tidak dibayar,” ujarnya.
Selain kambing, Jaenal juga menjual kerbau. Kerbau didatangkan dari daerah Bungbulang, Pameungpeuk, dan Banjarwangi. Jaenal sendiri yang mencarinya ke daerah pegunungan tersebut.
Bisnis kerbau sebenarnya lebih menggiurkan, karena paling cepat laku. Harganya tidak jauh berbeda dengan sapi, yakni Rp 13 juta sampai Rp 25 juta ukuran tiga sampai empat kuintal.
Tahun lalu ia bisa mencapat omzet Rp 200 juta dalam sebulan. Tahun ini ia tidak menjual kerbau karena modalnya habis akibat kena tipu. Kini agar tidak tertipu, ia hanya menerima pembelian secara kontan. “Saya tidak berani lagi main DP-DP-an,” ujarnya.
Kendala utama bisnis hewan ternak adalah permodalan. Para pelaku bisnis memerlukan modal cepat dengan bunga rendah. “Kalau ada pelanggan yang butuh 100 kambing dalam waktu cepat kan kita perlu modal,” ujarnya seraya berharap pemerintah bisa mencarikan solusi terbaik agar pelaku bisnis kambing mendapat kemudahan dari segi permodalan.