Sempat hilang, Bacang Panas khas Jalan Braga kini muncul lagi

user
Mohammad Taufik 05 April 2016, 10:48 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 tahun lalu bukan hanya menorehkan catatan manis bagi Kota Bandung, tetapi juga sempat menghilangkan sesuatu yang khas. Salah satu yang hilang adalah Bacang Panas Braga Pak Halim.

Disebut khas karena bacang Pak Halim ditaburi butiran-butiran jando sapi dan sambal merah. Namun kini, penggemar bacang panas bisa kembali merasakan sedapnya bacang Pak Halim.

Halim, penjual bacang, menempatkan roda bacangnya tidak seperti dulu. Posisi yang sekarang agak tersembunyi di lorong apotek seberang Museum KAA.

Pihak apotek mempersilakannya jualan bacang di lorong belakangnya. "Saya bersyukur apotek mengizinkan saya jualan," kata Halim saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Senin (4/4) malam.


Menghilangnya bacang panas Pak Halim terjadi menjelang KAA ke-60 tahun lalu. Waktu itu, Halim menjual bacangnya di pinggir jalan depan apotek tepat di seberang Museum KAA. Daerah tersebut memang termasuk zona merah PKL.

"Kemarin saya pulang kampung dulu," kata Halim yang asal Majalengka di sela kesibukannya melayani pembeli. Dengan posisi saat ini, Halim bebas dari Satpol PP sebab menempati lahan apotek, bukan lahan publik.

Pria 44 tahun itu mengaku selama pulang kampung banyak pelanggan yang mencarinya, banyak pelanggan yang menanyakannya via SMS. Setelah jualan kembali, dagangan bacang Halim kembali ramai.

Dalam sehari ia bisa menjual lebih dari 100 buah bacang yang harganya Rp 7 ribu per buahnya. Sekilas, harga tersebut terkesan mahal. Tetapi bacang Pak Halim memiliki kelebihan dibandingkan bacang lain.

Setiap penyajian, bacang panas yang sudah berisi daging cincang itu dibelah dulu dengan pisau tajam. Setelah itu Halim menaburi bacang dengan daging jando, jika pembeli suka pedas bisa ditambahkan sambal merah.

Kredit

Bagikan