Ayam Gorowok santapan siang idola para karyawan di Bandung
Bandung.merdeka.com - Setiap jam makan siang di pojok di Gedung YPK di simpang Jalan Naripan-Braga ada sebuah warung makan yang tak pernah sepi pengunjung. Mereka tak lain adalah pelanggan Ayam Gorowok, kuliner ayam goreng khas yang menempati bagian gedung kesenian legendaris itu.
Sepintas menu Ayam Gorowok tak jauh berbeda dengan ayam goreng seperti pada umumnya. Terdiri dari paha, dada, sayap, usus, ati ampela, kepala, plus lalapan. Lalu, apa yang menjadi daya tarik Ayam Gorowok hingga banyak pelanggan yang antre?
Dikelola pasangan suami istri muda, Atiyen Yustianingsih dan Asep Lesmana, Ayam Gorowok memang spesial. Bahan bakunya menggunakan ayam pejantan daging ayam ini mirip ayam kampung yang kenyal dan berisi dan memiliki rasa manis dan gurih setelah digoreng. Hanya saja mencari ayam pejantan dalam jumlah banyak tidaklah mudah. Karena itu, harga satu porsi Ayam Gorowok sedikit lebih tinggi dari menu ayam kaki lima, yakni sekitar Rp 14.000 per porsi.
Selain itu, sambal Ayam Gorowok terkenal akan kelezatannya. Bentuk sambal ini encer dan berwarna orange kecokelatan. Sambal memang menjadi salah satu daya tarik kami, kata Atiyen kepada Merdeka Bandung baru-baru ini.
Pasangan yang dibantu beberapa karyawan menyiapkan sejumlah bahan seperti cabai rawit lombok atau istilah Bandung-nya cengek domba dengan beragam bumbu rempah-rempah. Serta sejumlah lalapan seperti selada air yang dihidangkan setelah dicelupkan ke minyak goreng mendidih. Setelah itu lalap tersebut ditaburi sedikit garam. Lalap ini akan berkolaborasi dengan sambal super pedas dan ayam goreng pejantan yang gurih.
Perempuan kelahiran Bandung 27 tahun lalu itu menuturkan, usaha ayam goreng ini merupakan warisan orang tua. Dulu namanya Ayam Goyang Lidah dan sambal andalannya bukan sambal pedas seperti saat ini, tetapi sambal tomat. "Waktu itu Ayam Goyang Lidah membuka lapak di pinggir Jalan Naripan, bukan di bagian Gedung YPK seperti saat ini, yang sesekali terpaksa tutup karena menghindari uberan tibum," ujar dia.
Selanjutnya Ayam Goyang Lidah diteruskan pasangan Atiyen-Asep dengan beberapa perubahan mendasar. Sambal tomat diganti dengan sambal yang super pedas, brand pun diganti menjadi Ayam Goreng Gorowok. Penggantian nama terjadi secara tak sengaja. Pelanggan utama ayam goreng ini adalah karyawan BJB yang berkantor diseberang Gedung YPK. Karyawan bank pemerintah tersebut sering teriak untuk pesan makan siang.
Untuk diketahui, "teriak" dalam bahasa Sunda adalah "gorowok". Maka spontan saja karyawan bank tersebut menyabut Ayam Goyang Lidah sebagai ayam gorowok.
"Dulu kan belum banyak HP, jadi kalau pesan makan teriak-teriak. Jadi sebenarnya yang beri nama Ayam Gorowok ini ya karyawan bank itu," tutur pengusaha yang kini beromzet jutaan rupiah per hari.