Kampus diminta perhatikan nilai mahasiswa yang menjadi atlet PON

user
Farah Fuadona 23 September 2016, 14:48 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Fenomena mahasiswa yang menjadi atlet sudah lama dikenal, termasuk dalam perhelatan olahraga nasional PON XIX/2016 Jawa Barat. Banyak atlet yang mengorbankan kuliahnya demi mengangkat prestasi daerah di tingkat nasional.

“Kita menyebut mereka pahlawan olahraga. Mereka pernah menyumbang prestasi untuk daerah bahkan negara. Sehingga wajar jika kampus seharusnya memberi kekhususan,” kata Ketua Persatuan Olahraga Sepatu Roda Indonesia (Porsesi) Jawa Barat Erry Sudradjat kepada Merdeka Bandung.

Ia menambahkan, tidak sedikit pula atlet yang berprestasi di pentas internasional. Sehingga mereka juga mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.

Ia menyebutkan, atlet sepatu roda Jabar yang mengikuti PON sebanyak 16 orang, mereka masih berstatus sekolah tingkat SMP, SMA dan mahasiswa. “Mereka mengorbankan tenaga, waktu dan sekolah mereka demi ikut PON,” ujar Erry.

Menurutnya mahasiswa yang aktif di olahraga sepatu roda berasal dari berbagai kampus di Jabar, antara lain Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Pasundan (Unpas) dan lain-lain.

Sebelumnya mereka para atlet melakukan persiapan PON. Latihan mereka hingga ke luar negeri. Sehingga otomatis kuliah atau sekolah mereka terganggu. “Yang mahasiswa ada yang cuti. Tapi masa mau cuti terus. Jadi mereka perlu kekhususan baik nilai ataupun disepensasi,” ujarnya.

Nasib lebih baik dialami para atlet yang masih sekolah di tingkat SMP dan SMA. “Kalau untuk sekolah SMP dan SMA sekolahnya banyak yang mendukung. Dukungan serupa seharusnya dilakukan kampus,” ujarnya.

Kredit

Bagikan