Kunjungan orang luar mengubah tradisi masyarakat Baduy Dalam
Bandung.merdeka.com - Kehidupan Baduy Dalam sangat menarik perhatian masyarakat modern. Banyak orang yang sengaja berkunjung ke Baduy Dalam. Padahal makin banyak kunjungan akan membuat punahnya tradisi masyarakat Baduy Dalam.
Berkurangnya tradisi masyarakat Baduy Dalam terungkap lewat penelitian yang dilakukan pendiri Komunitas Hong, Mohamad Zaini Alif. Ia meneliti permainan tradisional anak-anak Baduy Dalam yang jumlahnya semakin hari semakin berkurang.
Berkurangnya permainan anak yang dalam istilah Baduy Dalam disebut pagawean barudak tidak lain karena mulai jarangnya proses pewarisan. Pewarisan atau proses pembelajaran dari orang tua ke anak terganggu karena adanya kunjungan masyarakat luar ke Baduy Dalam.
"Kegiatan pagawean barudak yang merupakan wujud dari kegiatan bermain di dunia anak-anak di masyarakat Baduy Dalam semakin kurang dilakukan yang diakibatkan dari semakin banyaknya kunjungan masyarakat luar menuju Baduy Dalam," kata Zaini.
Ketika ada kunjungan dari masyarakat luar, anak-anak turut serta bersama orang tuanya untuk mengantarkan tamu yang berkunjung tersebut. Sehingga waktu untuk melakukan pewarisan pagawean barudak terbuang dengan kegiatan mengantar tamu.
"Pewarisan pagawean barudak dilakukan hanya pada masa-masa tertentu, tidak menjadi kegiatan anak dalam keseharian," katanya.
Selain itu, suku Baduy akan didaftarkan sebagai warisan dunia. Hal ini akan berdampak pada jumlah kunjungan yang semakin besar. "Kunjungan tersebut akan menyebabkan kontrol sosial yang selama ini terbangun dengan baik sedikit demi sedikit akan berubah," ujarnya.
Jumlah penduduk Baduy Dalam sendiri makin meningkat. Hal ini membuat lahan makin menyusut. Sehingga warga Baduy Dalam lagi-lagi memilih menjadi pengantar tamu daripada mengelola lahan yang semakin sempit.
Untuk menghindari terjadinya perubahan di masyarakat Baduy Dalam, Zaeni merekomendasikan adanya pemisahan antara keseharian masyarakat di Baduy Dalam dan kegiatan kepariwisataan.
Caranya dengan membuat replika kampung Baduy Dalam di wilayah Baduy Luar. Replika kampung tersebut untuk dikelola sebagai wahana pariwisata.
"Hasil pengelolaan replika pariwisata Baduy Dalam bisa dialirkan ke Baduy Dalam. Dengan begitu masyarakat Baduy Dalam akan terjaga kelestariannya. Replika kampung Baduy Dalam juga akan memperkecil dampak akulturasi budaya yang menyebabkan pergeseran dan perubahan di Baduy Dalam," katanya.
Lewat disertasi itu ia berharap kunjungan ke masyarakat luar ke Baduy Dalam semakin berkurang. Warga Baduy Dalam sendiri sebenarnya berharap kunjungan ke Baduy Dalam berkurang. Namun mereka tidak bisa menolak tamu.
"Dengan penelitian ini saya ingin menyampaikan harapan masyarakat Baduy Dalam agar semakin sedikit lagi yang berkunjung ke Baduy Dalam," katanya.
Disertasi yang ditulis Zaini berjudul "Konsep Desain Vernakular Melalui Bentuk Transmisi Nilai Kaendahan pada Mainan dan Permainan Anak di Baduy Dalam." Lewat desertasi tersebut, Zaini mendapat gelar Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain ITB. Sidang dilakukan di Aula Timur ITB, Sabtu (18/6).