Jalan Mohammad Toha dan peristiwa Bandung Lautan Api
Bandung.merdeka.com - Pasca Bandung menjadi lautan api 24 Maret 1946, baik Tentara Republik Indonesia (TRI), laskar perjuangan, bersama rakyat Bandung mengungsi ke Bandung Selatan. Namun Baru tiga hari pengungsian, tentara Inggris kembali menyerang.
Bandung Selatan menjadi medan perang baru setelah sebelumnya perang berkecamuk di dalam kota Bandung. Meski terdesak, TRI dan pejuang terus melawan. Mereka melancarkan perang grilya dan mencegat konvoi pasukan Inggris yang mengirimkan logistik ke kota Bandung.
Hal itu dituturkan dalam buku Saya Pilih Mengungsi yang ditulis tim penulis Ratnayu Sitaresmi, Aan Abdurachman, Ristadi Widodo Kinartojo, Ummy Latifah Widodo (2013). Buku ini juga menceritakan ledakan besar gudang mesiu di Dayeuhkolot yang dikuasai Belanda.
Gudang yang menyimpan 1.100 ton mesiu itu diledakan para pejuang, antara lain Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan. Ledakan dahsyat terjadi di siang bolong di tengah kecamuknya perang, 10 Juli 1946. Semua orang terkejut melihat asap tebal membumbung tinggi di langit Dayeuhkolot.
Kabar peledakan gudang mesiu itu cepat menyebar. Disebutkan, Muhammad Toha berasal dari Pasukan Barisan Banteng. LH Lily Sumantri menurutkan, ketika Belanda menghujani Bale Endah dengan mortir, Toha, Ramdan bersama pejuang lainnya dari Hisbullah yang semuanya berjumlah 11 orang, melakukan serangan ke Dayeuhkolot.
Dari 11 orang itu, hanya Mohammad Toha yang tidak diketahui keberadaan jasadnya hingga kini. Sebagian jasad penyerang ditemukan, sebagian lagi selamat. Dari yang selamat diketahui Toha ditinggal dalam keadaan luka tembak. Toha tidak mau menjadi beban pasukan. Maka berbekal geranat, ia berjibaku meledakkan gudang mesiu itu.
AH Nasution yang waktu itu Komandan Divisi III (cikal bakal Kodam III Siliwangi) menuturkan, saat terjadi ledakan pihaknya sedang mengatur siasat penyerbuan ke Bandung. Saat itu ia bermarkas di Banjaran.
"Mendadak ketika kita sedang berbicara tentang siasat....harus tiap malam menyerbu ke Bandung, terdengar ledakan.... Itu ternyata gudang mesiu Belanda di Dayeuhkolot. Dari mana terjadi kita juga tidak tahu. Malumlah waktu itu yang berkuasa Belanda bukan kita."
Beberapa tahun kemuian setelah Belanda hengkang dari Indonesia, Nasution yang menjabat KSAD diminta meresmikan nama Jalan Raya Banjaran menjadi Jalan Mohammad Toha.
"Saya sebenarnya tidak tahu Toha yang mana. Jadi itu bagi kita tetap suatu hal yang penuh question mark....saya sendiri tidak tahu bagaimana gudang mesiu bisa meledak. Tetapi selalu disebut Toha yang berbuat. Toha adalah dari laskar pada waktu itu dari Garut."
Hingga kini Jalan Mohammad Toha dan Jalan Mohammad Ramdan masih menjadi penghubung Kota Bandung dengan Bandung Selatan.