Asal usul julukan “Bandoeng Parijs van Java”

user
Muhammad Hasits 05 Maret 2016, 16:22 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Meski sudah padat dengan pembangunan, julukan “Bandoeng Parijs van Java” masih disematkan terhadap Kota Bandung. Julukan ini tidak lepas dari keindahan Kota Bandung di masa lalu yang diwarnai dengan banyaknya bangunan berarsitektur Eropa.

Haryoto Kunto dalam buku Wajah Bandoeng Tempoe Doeleo (PT Granesia, 1985), menyebutkan sebutan “Bandoeng Parijs van Java” muncul sekitar 1920-an di mana saat ini sudah dibangun perumahan-perumahan dengan tata letak dan gaya arsitektur Eropa.

Perumahan tersebut tersebar di Andir, Jalan Padjdjaran, Jalan Riau depan Oranjeplein (kini Taman Pramuka), Kosambi, Jalan Cihapit, sekitar Gedung Sate, dan lainnya. Di masa itu juga terdapat tradisi pasar malam tahunan Jaarbeurs yang kini menjadi bagian dari gedung Kodam III/Siliwangi.

Pasar malam Jaarbeurs menjadi arena pelesir bagi orang-orang Eropa yang tinggal di pemukiman Eropa, termasuk orang-orang Eropa yang tinggal di pegunungan.

Konon, di pasar malam itulah muncul semboyan “Bandoeng Parijs van Java” untuk pertama kalinya. Semboyan diteriakan ayah beranak Roth & Sons, pemilik Toko Meubel dan Interior Rumah di Jalan Baraga yang juga anggota “Vereeniging tot nut van Bandoeng en Omstreken” Perkumpulan Kesejahteraan Masyarakat Bandung dan Sekitarnya yang didirikan pada 1898.

Perkumpulan tersebut merupakan wadah yang berisi masyarakat Bandung yang bertujuan membangun Bandung. Kala itu Bandung masih berupa dusun kecil yang didominasi hutan belantara.

“Konon menurut satu sumber yang layak dipercaya, Tuan Roth, adalah orangnya yang pertama mencetuskan semboyan “Bandoeng Parijs van Java” dalam rangka promosi barang dagangannya di Pasar Malam Tahunan Jaarbeurs di Bandung (1920),” tulis Haryoto.

Menurut sumber itu pula, lanjut Haryoto, sebutan “Bandoeng Parijs van Java” sering dikutip oleh Tuan Bosscha (Karel Albert Rudolf Bosscha adalah pengusaha kelahiran Den Haag, Belanda 1865-1928) dalam kesempatan pidatonya di muka masyarakat Bandung. Dengan kata lain, Bosscha turut mempopulerkan julukan Bandoeng Parijs van Java.

Bosscha adalah Preangerplanter (pengusaha perkebunan), pemilik Perkebunan Teh Malabar di Pangalengan. “Minatnya yang mengesankan pada Ilmu Pengetahuan dan jiwanya yang dermawan sosiawan (philanthropis) mendudukan dirinya sebagai warga teladan kota Bandung tempo dulu,” tulis Haryoto.

Salah satu sumbangan besar Bosscha antara lain Peneropongan Bintang di Lembang dan Labolatorium Ilmu Alam di Institut Teknologi Bandung. Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Bosscha diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Kota Bandung.

Kendati demikian, Haryoto mengakui asal mula julukan tersebut masih harus dibuktikan dengan fakta lebih lanjut. Untuk membuktikannya, ia sempat berkorespondensi dengan Opa Hein Buitenweg di Den Hag, Belanda.

Buitenweg adalah tokoh yang mengetahui sejarah kota Bandung. “Namun sayang belum sempat faktanya terungkap, ia keburu almarhum. Namun siapa tahu, ada di antara anda yang tahu asal muasal sebutan Bandoeng Parijs van Java,” tulis Haryoto.

Kredit

Bagikan