'Manusia silver' kembali cari makan di jalanan Kota Bandung

user
Mohammad Taufik 24 Januari 2016, 18:13 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - 'Manusia silver' kembali marak di Kota Bandung, Jawa Barat. Dengan membawa sebuah kotak kardus bertuliskan 'peduli yatim piatu', mereka sering terlihat di sejumlah perempatan berharap sumbangan dari pengendara di jalan raya.

Agus (35), merupakan salah satu manusia silver yang berhasil ditemui Merdeka Bandung di Jalan Dr Djunjunan (Pasteur). Bersama sejumlah manusia silver lainnya, Agus beroperasi di sekitar perempatan Pasteur-Pasirkaliki. Padatnya arus lalu lintas di kawasan tersebut menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengais rizki.

Agus mengungkapkan, dirinya terpaksa menjadi manusia silver lantaran terdesak kebutuhan ekonomi. Agus mengaku baru tiga minggu menjadi manusia silver.

"Siapa yang mau jadi seperti ini. Kalau ada pekerjaan juga, saya kerja. Yang penting anak dan istri enggak kelaparan," ujar ayah dari dua anak ini saat ditemui Merdeka Bandung di Jalan Pasteur, Minggu (24/01).

Dia mengatakan, sebelum beroperasi sebagai manusia silver, sehari-hari Agus biasa berjualan strowberi di perempatan Jalan Pasteur. Namun lantaran cuaca yang kini kurang bersahabat, membuat dirinya terpaksa beralih pekerjaan menjadi manusia silver.

"Sudah dua tahun jualan stowberi. Karena sekarang lagi musim hujan, usaha strowberi berhenti dulu. Pasokan strowberi dari Ciwidey berkurang karena musim hujan," katanya.

Agus biasa beroperasi sebagai manusia silver saat akhir pekan. Dia biasa beroperasi sejak pukul 11 siang hingga pukul 6 sore. Dalam sehari dia biasa mendapat Rp 50 ribu-70 ribu. "Ya kadang dikasih seribu, dua ribu. Kadang ada yang ngasih, kadang juga enggak," katanya.

Agus menepis tudingan sebagian orang yang menganggap keberadaan mereka menganggu ketertiban. Dirinya mengaku tidak pernah memaksa untuk meminta kepada masyarakat.

"Kan banyak yang bilang kami ini suka maksa. Kemudian kalau tidak dikasih merusak mobil. Tidak kayak gitu. Kita hanya cari makan," terang warga Sukajadi ini.

Agus mengaku akibat aktivitas mereka yang dianggap mengganggu, mereka seringkali ditertibkan oleh petugas Satpol PP dan Dinsos. Tak jarang mereka pun diangkut oleh petugas.

Agus menyayangkan tindakan tersebut. Sebab dengan tindakan tersebut tidak akan menyelesaikan masalaah.

"Kalau tindakan seperti itu tidak memberikan solusi yang benar. Dua sampai tiga hari ditangkap ke jalan lagi ke jalan lagi. Kami minta solusi, dengan memberikan pekerjaan kepada kami," katanya.

Hal senada juga diungkapkan, Hendri (28) yang juga sebagai manusia silver. Pria yang juga biasa beroperasi di Perempatan Pasteur-Pasirkaliki ini meminta pemerintah untuk memberikan solusi kepada mereka dengan memberikan pekerjaan.

"Ya berikan pekerjaan yang layak bagi kami," ujar Hendri yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot Sarijadi ini.

Hendri mengatakan, sebelumnya pernah ditawari kerja oleh dinsos menjadi tukang sapu. Namun dirinya menolak lantaran gajinya tidak sesuai.

"Pernah ditawari menjadi tukang sapu di jalan. Gajinya tidak sesuai untuk memenuhi kebutuhan sehari hari," terang ayah dari empat anak ini.

Kredit

Bagikan