Dialah orang di balik kemudi Bus Bandros

user
Muhammad Hasits 02 Desember 2015, 13:32 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Bus Bandros (Bandung tour on bus) kini menjadi magnet wisata baru di Kota Bandung. Masyarakat Bandung maupun wisatawan dari luar Kota seolah berlomba lomba ingin menaiki transportasi wisata ini. Namun siapakah orang di balik kemudi bus yang konon diadopsi dari benua Eropa dan Amerika ini. Dialah Dadang Sumardi (61).

Sejak pukul 7 pagi, Dadang sudah bersiap di Balai Kota Bandung Jalan Wastukencana. Mengenakan kemeja merah disesuaikan dengan warna bus, ikat sunda berwarna coklat plus kaca mata hitam menjadi ciri khas Dadang. Sembari menunggu aba-aba dari pemandu wisata, dia pun bersiap menginjak pedal gas untuk membawa rombongan penumpang menjelajahi berbagai sudut kota kembang.

Dadang direkrut menjadi pengemudi Bandros pada akhir 2013 silam. Dia ditawari salah satu rekannya Benny (alm) yang kenal dengan Nico, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Bandung. Saat itu Nico sedang mencari pengemudi untuk mengoperasionalkan Bus Bandros. Dadang yang telah lama malang melintang sebagai pengemudi bus sejak 1970-an menyanggupi tawaran tersebut setelah melalui serangkaian tes.

"Saya diwawancarai dengan Pa Nico. Dia nanya sama saya, bisa enggak bawa bus double dekker. Kemudian saya bilang, saya pernah 4 tahun di Jakarta membawa bus PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta). Itu bus double dekker tahun 70-an di Jakarta. Terus saya juga empat tahun pernah di Arab Saudi jadi pengemudi bus Saudi Public Transportation yang panjangnya 14 meter," ujar Dadang.

Dadang kemudian direkrut menjadi pengemudi Bandros hingga saat ini. Ia dipercaya mengemudikan Bandros merah. Bandros berwarna merah ini merupakan Bandros pertama milik Kota Bandung dari CSR perusahaan telekomunikasi yang diserahkan saat malam pergantian tahun 2014 silam.

Selama hampir 1,5 tahun menjadi pengemudi Bandros, Dadang memiliki kepuasan tersendiri, misalnya saat dia membawa tamu penting dalam negeri sampai luar negeri. Mulai dari kepala daerah, duta besar, hingga menteri pernah menaiki Bandros yang dia kemudikan.

Tak hanya itu, rasa bahagia itu selalu Dadang rasakan saat melihat keceriaan dari rombongan yang naik Bus Bandros. "Sukanya bisa nganter yang pingin tahu kota Bandung. Dukanya ya kalau hujan bus berhenti beroperasi," katanya.

Menjadi pengemudi Bandros, Dadang menerima upah sebesar Rp 150 ribu per hari. Dengan sistem charter yang diterapkan sekarang dia hanya dihubungi oleh pihak pengelola saat ada order dari pihak pengelola. Dalam satu hari dia bisa mengemudikan 3 rit (putaran).

Kecintaannya sebagai pengemudi bus Bandros, membuatnya bertahan hingga sekarang. Rupanya dia sangat menikmati profesi mengantar para wisatawan tersebut.

Kredit

Bagikan