Bisnis Properti Kembali Menggeliat, Kini Generasi Milenial Jadi Target

user
Endang Saputra 21 April 2022, 14:10 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Barat, Asep Ahmad Rosidin mengatakan, bisnis properti sudah kembali meningkat. Dia tak memungkiri, dampak pandemi Covid-19 sempat menyebabkan bisnis properti lesu.

"Semua sektor industri kaget akibat pandemi, bukan hanya properti," ucap Asep dalam acara Bincang Properti Pascapandemi bertajuk Investasi Cerdas Generasi Muda secara virtual melalui Zoom, Rabu (20/4).

Perihal faktor yang menyebabkan bisnis properti lesu saat itu, menurut Asep, bukan daya beli masyarakat. Dia berpandangan, saat jumlah kasus Covid-19 tinggi, masyarakat khawatir beraktivitas di luar rumah. Pada saat bersamaan, kebanyakan pegawai perusahaan properti bekerja dari rumah (work from home).

Berlaku kebiasaan masyarakat ingin lebih dulu melihat lokasi berikut rupa unit saat hendak membeli.

"Faktornya, karena tidak ada titik temu saja, di antara kebiasaan masyarakat itu dengan kekhawatiran di tengah situasi kasus Covid-19 yang tinggi. Istilah saya, saat itu daya beli tertunda, bukan (daya beli) menurun," tutur Asep.

Sementara itu, Financial Planner, Arindra Mentari Putri menjabarkan tentang bagaimana generasi milenial dalam memandang kebutuhan properti.

"Sembilan perilaku generasi milenial menurut survei Alvara Research Center pada Januari 2018. Salah satu di antaranya, tidak harus memiliki. Artinya, selama bisa menyewa, memiliki barang bukanlan suatu keharusan bagi generasi milenial," jelas Arindra

Padahal, properti bisa bermanfaat sebagai investasi, bukan hanya hunian. Tantangan generasi milenial, ucap Arindra, yakni fenomena Sandwich Generation. Definisi Sandwich Generation, yakni orang dewasa yang menanggung biaya dua generasi sekaligus, orang tua beserta anaknya.

Berinvestasi merupakan pilihan solusi menghindari dari Sandwich Generation. Apalagi, berdasarkan data, hanya 5,34% penduduk Indonesia yang sudah memiliki dana pensiun.

Arindra menyampaikan, terdapat sejumlah karakteristik pelaku investasi, yakni agresif, moderat, konservatif. Investasi properti bisa cocok dengan karakteristik-karakteristik tersebut.

"Teman terbaik investasi merupakan waktu. Lebih cepat berinvestasi, makin baik. Dalam berinvestasi, perlu juga memperhatikan angka return yang di atas inflasi," tutur dia.

Dia menyarankan pengaturan bujet, di antarnya menyimpanan untuk investasi. Sebanyak 40% dari penghasilan untuk kebutuhan prioritas, 30% cicilan produk-termasuk rumah, dan kendaraan-, 20% masa depan -mencakup dana darurat, investasi, asuransi-, dan 10% zakat maupun gerakan sosial.

Head of Regional Marketing Agung Podomoro Jawa Barat, Tedi Guswana mengungkapkan, Agung Podomoro Land mencapai Rp 2,7 triliun pada 2021. Angka itu lebih tinggi daripada target, yakni Rp 2 triliun. Kebanyakan dari angka capaian itu berada di Jawa Barat.

Dia mengungkapkan, masyarakat yang membeli properti dengan pengembang Agung Podomoro Land mengaku turut berlandaskan motivasi berinvestasi kesehatan. Hal itu berkaitan dengan konsep properti penawaran pihaknya, mengedepankan kenyamanan lingkungan, serta one stop living.

"Prinsipnya, kami memenuhi hal yang menjadi kebutuhan masyarakat," ucap dia.

Berdasarkan prediksi, kata dia, kecenderungan masyarakat akan properti, terutama pascapandemi sangat berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini setidaknya terlihat dari permintaan pasar terhadap properti Podomoro Park Bandung

"Properti dipandang tidak hanya sebagai investasi keuangan, tetapi investasi kesehatan. Selain itu, produk-produk hunian saat ini diharapkan merujuk pada akomodasi kebutuhan masayarakat. Ketidakpastian pandemi mengubah paradigma terhadap properti dan ini yang harus dipandang serius oleh developer," katanya.

Menurut dia, dua kebutuhan tadi harus terpenuhi. Oleh karena itu, pascapandemi, developer harus melahirkan produk yang jelas-jelas mementingkan kesehatan, dimulai dari desain kawasan, fasilitas, bangunan, hingga bagaimana iklim kawasan dibangun mendukung produktivitas masyarakat dalam satu lokasi. Selanjutnya, ketidakpastian dan fleksibilitas menghadapi pandemi menjadikan rumah sebagai tempat yang paling aman dan bisa jadi paling lama untuk ditinggali.

"Sehingga produk yang memiliki open space atau kawasan dengan lingkungan 50% area hijau akan terus diminati. Dari kedua paradigma baru terhadap properti pascapandemi, Podomoro Park terus optimis untuk bisa memberikan yang terbaik di tahun 2022 dan tahun-tahun berikutnya karena benar-benar memandang kebutuhan masyarakat sebagai yang utama," tuturnya.

Kredit

Bagikan