Pengalaman pemudik pakai motor, Tangerang-Bandung 10 jam
Bandung.merdeka.com - Mudik pakai sepeda motor bisa dibilang murah-meriah, meski tingat kecelakaannya cukup tinggi. Buktinya tahun ini banyak pemudik yang memakai sepeda motor.
Salah satu pemudik, Agus Jayadi (46), warga Tasikmalaya yang kerja di Tangerang Selatan. Ia memilih mudik dengan motor matic-nya, membonceng anak dan seorang cucunya.
Agus berangkat dari Tangsel pukul 04.00 WIB. Ia tiba di Bandung pukul 13.30 WIB. Perjalanan mudik pakai sepeda motor Tangerang-Bandung hampir 10 jam.
"Macetnya di Padalarang. Kalau dari Tangerangnya mah lancar," kata Agus yang ditemui saat istirahat di sebuah minimarket Jalan Raya Rancaekek, Kabupaten Bandung, Sabtu (2/7).
Agus tahu risiko mudik pakai sepeda motor sangat besar. Tapi risiko itu bisa dikurangi dengan mengatur kecepatan. "Yang penting jangan ngebut, banyak istirahat," katanya.
Selama menempuh perjalanan Tangerang-Bandung, Agus dan anak-cucu sudah dua kali istirahat. Istirahat pertama ia lakukan setelah melewati jalur Puncak, Bogor, yakni di Cianjur. Setelah itu perjalanan dilanjutkan memasuki Rajamandala, Padalarang.
"Di Rajamandala itu mulai macet, kendaraan banyak, banyak perempatan-perempatan, pasar, keluar masuk mobil," ujar pedagang soto betawi ini.
Akibat kemacetan di Jalan Padalarang-Bandung, motornya nyaris tak bisa gerak. Susah payah mereka bida memasuki Kota Bandung. Perjalanan dalam kota cukup lancar. Namun kemacetan kembali melanda di Jalan AH Nasution-Cibiru, Bandung.
Agus pun memutuskan istirahat di Jalan Raya Rancaekek. "Kalau masuk Rancaekeknya Alhamdulillah lancar. Mudah-mudahan di Nagregnya tidak macet lagi," katanya.
Perjalanan Agus masih cukup panjang, yakni harus melewati daerah-daerah rawan macet seperti Nagreg, Malangbong, dan Ciawi.