Demi perpustakaan, pria ini jelajah Jawa Barat

Oleh Farah Fuadona pada 28 Agustus 2016, 16:47 WIB

Bandung.merdeka.com - Perpustakaan terutama yang dikelola pemerintah selama ini dikenal sebagai tempat membaca yang kaku, membosankan dengan petugasnya yang jutek. Sehingga tidak heran jumlah pengunjung perpustakaan disebutkan selalu menurun.

 “Harus ada perubahan paradigma dalam mengelola perpustakaan. Program perpustakaan tidak hanya membaca, tapi juga harus membuat kegiatan bersama dengan masyarakat,” kata fasilitator perpustakaan dari Program Perpustakaan Seru, Farhamsyah, saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Minggu (29/8).

Perpustakaan Seru merupakan program yang dikelola Coca-cola Foundation. Tugas Farhamsyah adalah memfasilitasi atau memberikan konsultasi kepada perpustakaan-perpustakaan daerah di Jawa Barat.

Target Perpustakaan Seru, jelas Farhamsyah, adalah membuat perpustakaan membaur dengan masyarakat. Perpustakaan dengan paradigma baru ini tidak berjarak dengan masyarakat.

 “Jadi perpustakaan bukan hanya jadi tempat baca, tapi menjadi tempat perubahan taraf atau kualitas hidup masyarakat di sekitarnya,” terang pria kelahiran Bandung 21 tahun lalu.

Farhamsyah sudah memberikan konsultasi kepada sejumlah perpustakaan daerah di Jawa Barat, antara lain Cirebon, Kuningan, Majalengka. Di perpustakaan Cirebon, perpustakaan daerah terlibat dalam pembuatan abon ikan.

Di sela kegiatan kemasyarakatan, kata dia, perpustakaan bisa memberikan program pentingnya membaca. Ada juga perpustakaan yang bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk untuk menggelar program pengobatan gratis dan kesehatan lingkungan bersamaan dengan program pemberantasan buta huruf.

“Dengan cara itu perpustakaan bisa mengubah masyarakat. Perpustakaan tidak bisa mengeluh mintat baca menurun, jumlah kunjungan kurang, tapi bagaimana aksinya,” katanya.

Ada sejumlah parameter yang menjadi sasaran Perpustakaan Seru, yakni meningkatan kualitas masyarakat dari sisi pendidikan, kesehatan dan ekonomi.“Parameter ini akan mengubah image perpustakaan yang kaku,” katanya.

Farhamsyah mulai menjadi fasilitator sejak aktif di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Soreang, Kabupaten Bandung yang berdiri sejak 2009. Saat ini ia sebagai Ketua Harian TBM yang memiliki koleksi 6 ribu buku yang sudah didigitalisasi dengan anggota 200 orang.
 
Alumnus Akademi Bahasa Asing Internasional Bandung ini menyebutkan, sebelumnya TBM Soreang memiliki 15 ribu koleksi buku dan 2 ribu anggota. Sejak kerja sama dengan Fikom Unpad, TBM tersebut mengalami penataan ulang, salah satunya digitalisasi dan pendataan ulang anggota.

TBM Soreang kemudian berhasil membuka jaringan dengan kampus maupun donator. Farhamsyah kemudian dipercaya sebagai fasilitator sejumlah perpustakaan daerah di Jawa Barat.

Namun perubahan paradigma perpustakaan akan kembali ke kepala perpustakaannya sendiri. “Mau tidak kepala perpustakaannya berubah. Selain itu selama ini kan perpustakaan terkendala anggaran,” katanya.

Tag Terkait