Ingin kuliah di Jerman, Adang cari uang sampai jualan roti bakar

Oleh Muhammad Hasits pada 15 Desember 2015, 15:47 WIB

Bandung.merdeka.com - Jiwa sebagai seorang entrepreneur (pengusaha) ternyata sudah dimiliki Adang Muhidin sejak dirinya lulus kuliah dari Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani) pada tahun 1998 jauh sebelum mendirikan Indonesian Bamboo Community (IBC). Kondisi ekonomi Indonesia  yang tengah dilanda krisis moneter membuat lapangan pekerjaan semakin sulit. Dari situ mulai timbul keinginan untuk melanjutkan kuliah S2 ke luar negeri.

Adang berkisah keinginannya untuk melanjutkan studi ke Jerman rupanya terjadi secara tidak sengaja. Saat itu dirinya sedang melewati kawasan Jalan LLRE Martadinata (Riau) Kota Bandung melihat sebuah plang bertuliskan 'studi di Jerman gratis' yang berada persis di bangunan bernama Geothe Institute.

Karena penasaran Adang kemudian mendatangi tempat tersebut dan menanyakan terkait tawaran kuliah gratis. "Kuliah di Jerman katanya gratis cuma biaya hidupnya mahal," ujar Adang kepada Merdeka Bandung, Kamis (26/11).

Meskipun saat itu Adang tidak memiliki kemampuan bahasa Jerman yang mumpuni, namun dia berfikir bahasa Jerman dapat dipelajari dengan kursus bahasa setibanya di sana.

"Untuk ngelamar universitas di Jerman kan harus kursus dulu di sana. Jadi bisa dipelajari di sana,"kata Adang.

Dari situ,  Adang mulai berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang agar bisa berangkat ke Jerman. Setelah berpikir panjang, salah satu cara yang dia tempuh  untuk mendapatkan uang yakni dengan berdagang roti bakar. Tidak sedikitpun terbesit rasa gengsi di benaknya meskipun saat itu dia bergelar sarjana.

"Ga ada lah rasa gengsi. Kalau gengsi terus, ga akan maju maju," katanya.

Adang masih ingat, dia berjualan roti bakar di kawasan Bunderan Jalam Sudirman (Jalan H Alpi) Kota Bandung. "Saya jualan roti bakar, alhamdulillah laku. Hampir setahun jualan roti bakar terkumpul uang  Rp 15 juta," katanya.

Dari situ, Adang kemudian mulai mengutarakan niatnya melanjutkan studi ke Jerman kepada orang tua. Dia berbicara kepada sang Ayah. Sang Ayah merestui niat Adang, namun tidak bisa memberikan bekal yang cukup karena saat itu hanya pensiunan guru SMK.

"Awalnya Bapak keberatan karena bagimana untuk mencukupi biaya hidup selama kuliah di Jerman. Setelah ngobrol panjang lebar akhirnya bapak mengizinkan saya berangkat sampai menjual mobilnya dan terkumpulah uang Rp 30 juta. Uang itu dipakai buat bikin paspor, beli tiket dan lain lain. Hingga sisa Rp 18 juta dan akhirnya saya berangkat ke Jerman melanjutkan kuliah S2," katanya.

Tag Terkait