Hotel Surabaya, kompleks pemukiman orang Tionghoa masa penjajahan

Oleh Farah Fuadona pada 24 Januari 2017, 14:39 WIB

Bandung.merdeka.com - Bandung punya hotel tertua. Hotel tersebut dulunya merupakan kompleks tempat tinggal kaum Tionghoa, namun kini sudah tidak ada. Hotel yang dulunya dikenal dengan nama Hotel Surabaya itu kini berganti menjadi Hotel Gino Feruci.

Koordinator Komunitas Aleut, Arya Vidya Utama mengatakan, semula bangunan Hotel Surabaya ini adalah bangunan Landhuis atau kompleks tempat tinggal orang Tionghoa yang didirikan tahun 1884.

"Hotel Surabaya sekarang jadi Hotel Gino Feruci. Salah satu hotel yang dibangun karena jalur Batavia menuju Bandung dibuka," ujar Arya kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara "Tour de Petjinan Can Bandoeng" di depan Hotel Gino Feruci, Jalan Gardujati, Selasa (24/1).

Arya menjabarkan, pendiri dari Hotel Surabaya merupakan Tan Djin Gie. Ia merupakan salah satu saudagar batik Solo di Bandung. Seiring dengan dibukanya jalur kereta api Bandung menuju Batavia, bangunan ini dikembangkan menjadi sebuah hotel.

Meski pemilik dari hotel tersebut merupakan keturunan Tionghoa, tak membuat bangunan hotel menunjukkan ciri bangsa mereka. Justru Hotel Surabaya diketahui memiliki desain bangunan bergaya ala Barat atau Eropa.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa gaya arsitekturnya adalah neo klasik, yakni gaya arsitektur tua Eropa yang diterapkan pada bangunan-bangunan di abad 16 hingga awal abad 20.

Ornamen dua puncak pada bagian muka mengingatkan akan bagian serupa pada bangunan-bangunan yang ada di Amsterdam, Belanda. Sedangkan menara pada salah satu sudut mirip dengan menara khas bangunan zaman Victoria.

"Pembangunan hotel oleh Tan Djin Gie dilakukan dalam tiga tahap. Sayangnya bangunan bagian belakang hotel yang merupakan bangunan tertua telah digantikan dengan hotel baru yaitu Gino Feruci. Sementara itu, bagian depannya disewakan dan digunakan sebagai tempat usaha," jelasnya.