8 Museum di Bandung siap sajikan 'makanan' batin
Bandung.merdeka.com - Bandung memiliki sejumlah museum dengan spesifikasi tertentu, mulai dari ilmu pengetahuan alam, sejarah, seni rupa, kereta api, arsitektur hingga transportasi. Semua museum layak dikunjungi, siap menyajikan 'makanan' batin anda.
Berikut ini 8 museum dengan spesifikasi tertentu di Bandung yang layak Anda kunjungi:
Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA)
Ide mendirikan MKAA tercetus era Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja (1978-1988). Latar belakang pendirian MKAA adalah diselenggarakannya Konferensi KAA pada 1955.
MKAA berlokasi di Jalan Asia Afrika, Bandung. Museum ini memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika 1955.
Dipamerkan juga foto-foto mengenai peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika; dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia internasional; Gedung Merdeka dari masa ke masa; profil negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika.
Museum ini juga menyimpan diorama pembukaan Konferensi Asia Afrika 1955 yang dibuat dalam rangka menyambut kunjungan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Nonblok tahun 1992. Saat itu Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi Gerakan Nonblok dan menjadi ketua Gerakan Nonblok.
Museum Geologi
Museum ini terletak di Jalan Diponegoro, Bandung. Pendirian museum terkait dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia sejak 1850-an. Museum memiliki Ruang Geologi Indonesia yang digunakan untuk memamerkan benda-benda asal mula bumi, struktur dan pergerakan kerak bumi, batuan dan mineral, pelapuan dan erosi, geologi pulau-pulau di Indonesia.
Ruang lainnya adalah ruang sejarah kehidupan yang menampilkan fosil-fosil, juga informasi tentang terbentuknya Bandung secara geologi dan artefak dan fauna yang pernah hidup di dalamnya.
Ruang sumber sumber daya geologi di lantai dua mengenalkan sumber daya geologi, mineral logam dan non-logam, batu mulia, minyak dan gas bumi, batu bara, panas bumi dan sumber daya air.
Ruang manfaat dan bencana geologi di lantai dua barat menyajikan informasi pemanfaatan sumber daya geologi dari zaman ke zaman. Juga menyajikan informasi bencana geologi seperti gempa bumi, gunung api, tanah longsor dan tsunami.
Museum Negeri Sri Baduga
Museum ini dirintis sejak 1974. Terletak di Jalan BKR Nomor 185 Bandung, berhadapan dengan Monumen Bandung Lautan Api, Lapangan Tegalega. Museum ini memiliki koleksi barang-barang seni budaya Jawa Barat terkait biologi, etnografi, arkeologi, numismatik, filologi, dermatologi, seni murni dan teknologi.
Nama museum diambil dari nama raja Pakwan Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi, yakni Sri Baduga. Jumlah koleksi museum ini sekitar 5.000 buah; terbanyak adalah koleksi rumpun Etnografika yang berhubungan dengan benda-benda budaya daerah.
Di lantai dua museum terdapat materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat Jawa Barat, pengaruh budaya Islam dan Eropa, dan lainnya. Di lantai tiga memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, dan keramik asing.
Museum Pos Indonesia
Museum ini terletak di Jalan Cilaki Nomor 73 Bandung, Jawa Barat, satu komplek dengan Gedung Sate. Museum yang berdiri sejak 1933 ini memiliki koleksi ribuan perangko dari penjuru dunia, cocok bagi penelitian filateli.
Koleksi lainnya adalah benda-benda pos seperti timbangan surat dan sepeda pak pos; perkembangan baju dinas serta peralatan pos dari zaman kolonial hingga sekarang. Museum juga menyimpan surat emas dari berbagai raja-raja nusantara kepada pihak asing.
Surat-surat emas tersebut sebelumnya berada di museum Inggris, umurnya diperkirakan ratusan tahun. Inggris menyimpan surat raja-raja yang ditujukan kepada Gubernur-Jenderal Inggris Thomas Stamford Bingley Raffles yang sempat memerintah di Hindia Belanda.
Museum Kereta Api
Museum dengan nama resmi Graha Parahyangan Railways Museum and Gallery ini diresmikan 21 Juni 2010, terletak di Jalan Dayang Sumbi Nomor 10 Bandung. Museum ini menyimpan koleksi sejarah terkait perkeretaapian di Indonesia seperti mesin pembuat karcis, telegraf, telepon kayu, alat hitung dan lainnya.
Di museum ini juga dapat dilihat ilustrasi stasiun-stasiun kereta yang ada di Pulau Jawa, termasuk Museum Kereta Api Ambarawa dan Lawang Sewu. Pengunjung dapat membaca sejarah perjalanan kereta api di Indonesia.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Museum ini terletak di Jalan Lembong Nomor 38 Bandung yang dibangun sekitar 1910 sebagai pengingat dan pewarisan perjuangan 45 kepada generasi muda. Museum diresmikan Pangdam III/Siiliwangi ke-8 pada 23 Mei 1966.
Pada 1949-1950, museum ini berfungsi sebagai markas Divisi Siliwangi pertama di Bandung. Kini museum berisi koleksi benda-benda sejarah pada masa perjuangan kemerdekaan, di antaranya senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, tombak, panah, pedang bambu, samurai, dan senjata api dari berbagai jenis.
Selain itu, terdapat juga foto-foto perjuangan antara tahun 19451949. Museum juga dilengkapi lukisan diorama dan ruang audio visual untuk pemutaran film dokumenter
Museum Wolff Schoemaker
Museum ini berada di Hotel Prama Grand Preanger Bandung Jalan Asia Afrika Nomor 81 Bandung. Pendirian museum sebagai penghormatan kepada Charles Prosper Wolff Schoemaker, arsitek Belanda (1882-1949).
Schoemaker banyak merancang gedung-gedung di Bandung dengan gaya Art Deco, di antaranya Villa Isola, Cathedral Bandung, Bethel Church, Teropong Bintang Bosscha, Gedung Merdeka. Grand Hotel Preanger sendiri dirancang Schoemaker bersama Presiden RI pertama Soekarno.
Museum ini diresmikan 25 November 2013, menempati lantai dasar Grand Hotel Preanger. Museum ini mengoleksi foto dan karya Wolff Schoemaker, kursi bekas duduk komedian Charlie Chaplin yang pernah menginap di Preanger dan koleksi lainnya.
Museum Barli
Museum Barli terletak di Jalan Prof. Dr. Sutami 91 Bandung. Museum ini diresmikan 26 Oktober 1992, sebagai sarana apresiasi seni khususnya karya pelukis terkemuka Bandung, Barli Asmitawinata.
Museum ini menunjukkan perkembangan gaya seni lukis Barli, mulai dari aliran realisme, impresionisme dan ekspresionisme. Salah satu karya Barli adalah lambang harimau Divisi Siliwangi yang pertama pada 1946.
Barli lahir di Bandung, 18 Maret 1921. Ia adalah illustrator, dosen, dan pelukis angkatan 1935 bersama dengan Affandi, Hendra Gunawan, Wahdi Sumanta, dan Sudarso. Pertama kali belajar melukis dari Luigi Nobili, seorang pelukis Italia. Pada 1950 ia melanjutkan di Acedemie Grande de la Chaumiere, Paris, Prancis. Setahun kemudian belajar di Rijksacademie voor Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda.