Ini penjelasan BMKG mengapa di Bandung turun 'salju'

Oleh Muhammad Hasits pada 20 April 2017, 12:15 WIB

Bandung.merdeka.com - Butiran es yang menggunduk terlihat seperti salju terjadi di Kota Bandung pasca hujan ekstrem, Rabu (19/4) siang kemarin. Gundukan butiran es terlihat memutih itu ditemukan di beberapa kawasan Kecamatan Coblong, Kota Bandung.‎

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung Yadi Hendarmin mengatakan, saat hujan deras disertai angin dan es kemarin air yang turun itu berasal dari awan kumulonimbus. Awan itu merupakan gumpalan vertikal menjulang  tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya.

"Itu memang hujan es peluangnya ada dimusim pancaroba. Dan itu turun dari awan kumulonimbus, di mana awan ini ada satu lapisan yang mencapai freezing level," kata Yadi saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (20/4).

Sehingga Kota Bandung mengalami hujan ekstrem yang disertai es padat dan juga sambaran petir. Adapun tumpukan seperti salju yang ditemui di beberapa titik kawasan Coblong, menurutnya itu terjadi karena adanya akumulasi butiran es padat yang menumpuk di satu wilayah.

Hujan es yang turun ke permukaan itu ditambah suhu dingin dengan 24 derajat celcius lalu kelembaban yang mencapai 83 persen membuat hamparan es menyerupai salju terjadi. Gundukan itu tentu berbeda dengan salju yang tidak akan terjadi di kawasan tropis.

"Es yang jatuh tidak langsung cair dan itu bisa bertahan cukup 10 menit. Jadi itu akumulasi satu titik maka seperti gundukan salju. Padahal itu akumulasi saja, bukan salju," imbuhnya.
 
Dia mengatakan, hujan badai ekstrem  di Kota Bandung yang terjadi kemarin karena peralihan musim penghujan ke kemarau. Peralihan musim yang biasa disebut pancaroba itu menyebabkan adanya cuaca ekstrem seperti yang terjadi di wilayah Bandung Raya ini.

"Masa pancaroba inikan terjadi peralihan dari musim hujan ke kemarau. Peluang hujan disertai petir kencang, ini sehingga terjadi," ungkapnya. Tanda-tanda cuaca ekstrem itu sebenarnya sudah dikenali BMKG sehari sebelumnya. Hal itu pula yang bisa dipelajari masyarakat langsung.

"Yang pasti yang dikenali masyarakat kenapa itu hujan es. Sehari sebelumnya itu seperti panas cuacanya. Lalu keesokan harinya selisih dari jam tujuh sampai jam 10 itu selisihnya sampai 4,5 derajat celcius. Kemarin saja jam tujuh mencapai 20,4 derajat. Jam sepuluh pagi bisa mencapai 26 derajat. Setelahnya awan berubah menjadi keabu-abuan," ungkapnya.

"Nah kemarin itu seperti itu. Sehari sebelumnya panas lalu siang-siangnya awan keabu-abuan," terangnya.

Dia melanjutkan, bukan tidak mungkin di masa pancaroba ini hujan ekstrem bisa kembali terjadi di wilayah Bandung Raya. "Peluang ada tapi memang kecil. Setelah sekian tahun lama, yang kemarin itu bisa dibilang parah. Tahun-tahun sebelumnya butiran es lebih dikit dan kemarin banyak. Sehingga pada warga Bandung tetap selalu waspada," terangnya. ‎

Tag Terkait