Teknologi bikin transaksi di kantor bank kian sepi, lalu nasib teller?

Oleh Mohammad Taufik pada 12 Maret 2017, 14:55 WIB

Bandung.merdeka.com - Perkembangan kecanggihan teknologi di era sekarang ini juga berdampak besar bagi dunia perbankan. Kantor-kantor bank yang semula dipadati masyarakat saat bertransaksi pun kini kian sepi sebab pengaruh teknologi ini.

Hal ini disampaikan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Asmawi Syam dalam seminar dan workshop bertajuk Jurus Bisnis Rakyat 'Model Bisnis yang Bankable' di Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Asmawi mengatakan kecanggihan teknologi mengalihkan pola transaksi masyarakat, dari yang manual di kantor-kantor melalui petugas menjadi digital yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun.

Menurutnya, tahun 1980-an transaksi perbankan masih 100 persen dilakukan di kantor-kantor. Tahun 1990-an sudah mulai dilakukan di luar kantor seperti adanya ATM, mesin EDC. Dengan adanya teknologi finansial semua orang menjadi bank dengan menggunakan gadget di tangan masing-masing.

"Transaksi perbankan itu tidak dilakukan lagi di kantor-kantor 80 persen. Transaksi di bank nyatanya sekarang tinggal 20 persen. Kantor bank sudah mulai sepi," kata Asmawi.

Saat ini, kata dia, lewat telepon seluler transaksi perbankan sudah dapat dilakukan secara online. Inilah yang disebutnya sebagai gangguan perbankan (banking disruption).

"Sekarang tantangan perbankan adalah banking disruption yaitu financial technology (teknologi finansial) yang terus berkembang yang tidak kenal waktu lagi. Kalau perbankan kantor waktunya dari pagi sampai jam 3 sore. Tapi financial technology itu terus 24 jam," katanya.

Oleh karena itu, Asmawi mengatakan perbankan harus mengantisipasi agar tidak mempengaruhi pelayanan dan persaingan. Perbankan pun melakukan transformasi agar tidak kalah bersaing dari perbankan lainnya.

Berbagai keberanian ditempuh BRI untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Seperti beberapa waktu lalu meluncurkan satelit untuk mendukung jaringan layanan hingga ke pelosok.

Bank dikatakannya harus menjadi bank yang modern dengan optimal memanfaatkan kecanggihan teknologi. Bukan lagi sebagai layanan sederhana di kantor-kantor konvensional.

"BRI yang tadinya sederhana melayani masyarakat ini adalah bank termodern saat ini. Tidak ada lagi customer service tidak ada lagi teller. Seluruhnya dilayani teknologi. Pengganti customer service dan teller kita hadirkan smart table," ucap Asmawi.

Smart table, lanjut dia, merupakan inovasi untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai produk investasi, fasilitas simpanan, hingga informasi BRI lainnya dengan satu sentuhan.

Sudah ada 13 kantor cabang yang menerapkan teknologi ini. BRI dia melanjutkan, akan terus mengembangkan layanan agar bisa menjadi perbankan modern dan bisa melayani masyarakat tanpa batas.