Faktor eksistensi medsos buat generasi milenial akan sulit miliki properti sendiri
Property Investment Advisor Synthesis Development, Asnedi
Bandung.merdeka.com - Gaya hidup yang dijalani oleh generasi milenial dewasa ini begitu terpatok pada media sosial. Eksistensi seolah menjadi nilai lebih oleh para generasi milenial untuk diakui. Padahal, gaya hidup tersebut akan berdampak negatif terhadap kehidupan di masa depan.
Begitu terpatoknya pada konten media sosial untuk terus dilihat orang sebagai bentuk eksisten dengan menjalankan pola hidup yang boros dan konsumtif membuat generasi milenial mengabaikan kebutuhan hidup yang mendasar seperti memiliki hunian pribadi.
Property Investment Advisor Synthesis Development, Asnedi menuturkan, sebenarnya millennials bukan tidak mampu membeli properti, tetapi belum mau membelinya. Padahal millennials diperkirakan bakal menggerakkan ekonomi dalam negeri dan mendorong perkembangan tren industri sektor properti baik masa sekarang, dan pada periode mendatang.
"Kondisi lain yang dialami millennials atau keluarga muda Bandung yang bekeria di Jakarta saat ini adalah tinggal di hunian dengan sistem sewa. Mereka ada keinginan untuk membeli hunian, tetapi merasa berat atas Down Payment (DP) dan beragam biaya lainnya salah satunya akad kredit," ujar Asnedi kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara pameran Prajawangsa City di Trans Studio Mall, belum lama ini.
Generasi millennials di Indonesia yang lahir pada tahun 1980 hingga 2000an kini sudah masuk ke dalam angkatan kerja, diprediksi menjadi kelompok terbesar pembeli properti di Indonesia hingga 10 tahun ke depan. Namun menurut hasil survei, generasi kelahiran tahun 1982 hingga 1995 itu diprediksi tidak akan bisa membeli rumah pada tahun 2020 karena kecenderungan gaya hidup yang dikatakan boros dan tingginya rata-rata kenaikan harga rumah dari waktu ke waktu.
Sayangnya, saat ini masih banyak milenial yang merasa penghasilannya belum mencukupi untuk membeli properti, ingin hidup praktis, aktivitas leisure yang berlebihan karena ikut tren atau supaya bisa terlihat eksis di media sosial dan terlalu fokus ke gaya hidup konsumtif, gadget freak dan brand minded.
Generasi bebas atau millennials terdiri dari tiga tipe yaitu ada yang masih tahap menempuh pendidikan (student millennials), pekerja (working millennials) dan berkeluarga (family millennials). Generasi millennials di Bandung mendapat kesempatan eksplorasi kreatifitas dalam belajar, bekerja dan berbisnis dengan beragam akses yang ada juga dalam memilih tempat tinggal. Bahkan saat ini sangat banyak millenials asal Bandung yang memiliki pekerjaan utama justru di Jakarta.
"Pola hidup millennials sangat dinamis, dan logic. Generasi milenial tidak perlu khawatir tidak bisa membeli hunian, ada terobosan yang diberikan untuk menyasar segmen pasar ini seperti yang kami tawarkan di Prajawangsa City, kami akan membayarkan DPnya supaya millenials khususnya warga Bandung bisa memiliki hunian sekaligus investasi di kota besar Jakarta," katanya.
Tag Terkait
LPDP Lakukan Transplantasi Karang dan Pemberdayaan Masyarakat
Novo Nordisk Indonesia Menerapkan Pendekatan Holistik
Kepengurusan IESPA 2021-2026 Baru Siap Dorong Jutaan Gamers Jawa Barat
SimpleDesa dari SVN di KBB Beri Kemudahan Bagi Kepala Desa
Segudang Manfaat Elok Terasa di Desa Wisata Stone Garden
Tahun Ini, Sertifikasi Gratis TKDN dari Kemenprin Telah Lampaui Target
Jelang KTT G20 2022, Sebuah Dialog Digelar Guna Membangun Kolaborasi
384 Pembalap Ramaikan Teras Caf 1st Series di Lembang
Karier.mu dan Kartu Prakerja Bantu Asah Kompetensi Diri
Donatur Loyal Rumah Zakat Bisa Dapat Happiness Card, Ini Keuntungannya