Kisah pedagang bendera asal Garut coba peruntungan di Kota Bandung

user
Farah Fuadona 10 Agustus 2016, 15:11 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Memasuki bulan Agustus, sejumlah kawasan di Kota Bandung dipenuhi oleh para pedagang bendera musiman. Keberadaan mereka dapat dengan mudah dijumpai di sisi-sisi jalan raya.

Lihat saja seperti di Jalan Diponegoro, para pedagang bendera banyak berjualan di sana. Mereka menjajakan barang dagangan dengan membentangkan bendera di antara kedua pohon. Namun ada juga yang memasangnya dengan bambu.

Dian (42) adalah salah satu pedagang bendera yang biasa berjualan di kawasan Jalan Diponegoro. Pria asal Leles, Garut, sengaja datang ke Bandung  untuk berjualan bendera dalam rangka menyambut 17 Agustus. Bersama lima rekannya, Dian datang ke Bandung untuk berjualan aneka jenis bendera.

"Saya mulai berjualan dari tanggal 24 Juli sampai nanti tanggal 16 Agustus. Sengaja datang ke Bandung untuk jualan bendera," ujar Dian saat berbincang dengan Merdeka Bandung di Jalan Diponegoro, Rabu (10/8).

Dian mengatakan hampir setiap tahun berjualan bendera di Kota Bandung. Dirinya bahkan mengaku telah berjualan bendera sejak tahun 1995. Dari Garut, dia membawa beberapa karung bendera yang dibawa dengan menggunakan sepeda motor.

Selama menjadi pedagang bendera musiman di Bandung, ia harus menginap di tempat berjualan. Dengan berbekal terpal dan alat tidur sekadarnya, dianggapnya cukup untuk dirinya beristirahat.

Dian menjual berbagai macam jenis bendera seperti umbul-umbul, bekron, bandir. Untuk bendera biasa ukuran kecil dijual dengan harga Rp 25 ribu dan Rp 35 ribu untuk ukuran yang lebih besar. Untuk umbul-umbul dijual dengan harga Rp 15 ribu. Sementara untuk bekron dengan panjang 8 meter dijual dengan harga Rp 150 ribu. Adapun untuk bandir dijual dengan harga Rp 25-55 ribu tergantung dari ukuran.

"Dari Garut bawa 2-3 karung pakai motor. Kalau sudah habis nanti pulang ke Garut bawa lagi bendera ke Bandung," katanya.

Menurut Dian, jumlah pembeli biasanya akan semakin banyak saat mendekati tanggal 17 Agustus. Selain pembeli perorangan, ada juga instansi yang sering membeli dagangan miliknya

"Paling banyak pembeli itu dari tanggal 10-16 Agustus terutama instansi-instansi di Bandung seperti pengadilan, perhotelan. Mereka biasanya banyak membeli umbul-umbul sampai berapa ratus," ujar pria yang sehari-hari berjualan aksesoris hp ini.

Bendera serta umbul-umbul hiasi sudut jalan di Kota Bandung menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia
© 2016 merdeka.com/Dian Rosadi

Omzet yang didapat dari penjualan bendera tergolong cukup besar. Berkaca dari tahun lalu, dari tanggal 24 Juli sampai 16 Agustus, Dian mengaku dirinya mampu meraup pendapatan hingga Rp 60-85 juta (kotor). Dari pendapatan ini ia gunakan membayar penjait di Garut dan pegawai.

"Alhamdulillah tahun kemarin saya dapat untung bersih sekitar Rp 12 juta," katanya.

Namun demikian, Dian mengaku penjualan bendera pada tahun ini menurun. "Tahun ini menurun. Mungkin tahun kemarin pesanan dari instansi banyak kalau sekarang sedikit. Dari tanggal 24 sampai sekarang baru dapet Rp 10 juta," ucapnya.

Senada dengan Dian, hal serupa juga diungkapkan pedagang bendera lainnya, Asep (38). Asep yang berdagang bendera di kawasan Pasteur ini mengaku mencoba peruntungan di Kota Bandung. Pria yang juga berasal dari Leles, Garut ini mulai berjualan sejak akhir Juli.

"Memang sengaja datang ke Bandung jualan bendera. Karena di sini banyak pembelinya," katanya.

Asep juga menjual beragam jenis bendera seperti umbul-umbul, bekron, bandir. Sama seperti Dian, Asep mengaku penjualan pada tahun ini menurun drastis. "Ya enggak seramai tahun kemarin. Kalau tahun kemarin yang pesan banyak, apalagi dari instansi-instansi. Kalau sekarang sepi," ucap pria yang sehari-hari sebagai petani ini.

Namun demikian, Asep mengaku masih berharap penjualan bendera akan ramai di hari-hari menjelang tanggal 17 Agustus nanti. "Untung bersih tahun kemarin Alhamdulillah dapat Rp 9 juta. Ya lumayan  untuk modal tani, beli pupuk, menyambung hidup," kata dia.


Kredit

Bagikan